xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Peran dan Strategi Gerakan Mahasiswa di Era Digital Revolusi 4.0


Pendahuluan
Gerakan mahasiswa akhir-akhir ini mulai disusupi oleh berbagai kepentingan dan tujuan. Semakin absurd nya realitas kebenaran dalam masyarakat, membuat gerakan mahasiswa mudah untuk ditunggangi oleh kelompok tertentu. Gerakan yang ideal dari dahulu hingga sekarang, mulai memiliki perbedaan paradigma dan pendekatan. 
    Pada era revolusi industri 4.0, gerakan mahasiswa seakan-akan ditinggalkan oleh para ientelektual muda. Hal ini disebabkan, karena peluang kompetisi secara individual yang diciptakan oleh era 4.0. Para mahasiswa berlomba-lomba menjadi penguasa di era digital dengan memanfaatkan media komunikasi, tanpa menyadari bahwa pada hakekatnya mereka adalah intelektual dalam masyarakat. Kompetisi menunjukan jati diri dan prestasi individual, mencabut hakekat mahasiswa dari gerakan mahasiswa. 
    Dengan melihat kondisi ini, maka seharusnya bagaimanakah bentuk gerakan mahasiswa di era saat ini? Apakah peran mahasiswa telah berubah? Tulisan ini berupaya memberikan paradigma baru terhadap strategi gerakan mahasiswa di era 4.0. 

Perkembangan revolusi 1.0 hingga 4.0 
Sebelum kita masuk kepada gerakan mahasiswa dan strategi gerakan di era 4.0, maka kita perlu memahami terlebih dahulu tentang perkembangan revolusi 1.0 hingga 4.0 
    Perkembangan pola aktivitas manusia dipengaruhi oleh produk intelektualitasnya. Termasuk didalamnya perkembangan revolusi industri. Era revolusi industri 1.0 hingga 4.0, menunjukan laju perkembangan inteletualitas manusia dalam pola gerak revolusi industri. Manusia membuat dirinya nyaman, aman dan memiliki nilai dalam melakukan sebuah pola aktivitas. 
    Revolusi industri 1.0 dimulai pada abad ke-18. Era ini ditandai dengan penemuan mesin uapuntuk upaya peningkatkan produktivitas yang bernilai tinggi. Saat itu, di Inggris, mesin uap digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Pada alat-alat transportasi, penemuan mesin uap yang jauh lebih efesien oleh James Watt pada tahun 1776, mewarnai dunia perkapalan dan ekspansi negara negara di dunia. Revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang jauh lebih singkat. Pada masa ini, semangat ekspansi bangsa Eropa ke berbagai belahan dunia tinggi. Hal ini disebabkan, karena penemuan teknologi uap yang memudahkan dalam perjalanan melintasi berbagai benua. 
    Selanjutnya revolusi industri kedua atau 2.0 dimulai pada tahun 1900-an. Revolusi industri 2.0 ditandai dengan ditemukannya tenaga listrik. Revolusi ini terjadi dengan terciptanyaassembly line (lni produksi) yang menggunakan conveyor belt pada 1913. Hal ini mengakibatkan proses produksi berubah total karena untuk menyelesaikan satu mobil, tidak diperlukan satu orang untuk merakit dari awal hingga akhir. Para perakit mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja.Selain itu, para perakit mobil telah melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat-alat yang menggunakan tenaga listrik yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap.Revolusi industri kedua ini juga berdampak pada adanya produksi massal (mass production). Pada masa ini, spesialisasi keahlian mulai dikembangkan. Satu orang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dan mahir dalam menggunakan alat tertentu. 
    Kemudian, di era revolusi industri ketiga atau 3.0, yang ditandai dengan otomatisasi yang dilakukan pada tahun sejak 1970 dan atau 1990-an. Pada revolusi industri 3.0, manusia tidak lagi memegang peranan penting, karena robot dan komputer menjadi pengganti kerja manusia. Revolusi ketiga ini dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan berpikir secara otomatis, yaitu komputer dan robot. 
    Pada revolusi industri keempat atau 4.0, efisiensi mesin dan manusia sudah mulai terkonektivitas dengan internet of things. Industri 4.0 adalah nama yang diberikan untuk tren otomatisasi dan pertukaran data saat ini. Hal ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet, komputasi awan dan komputasi kognitif. Keragaman dari tanda-tanda revolusi industri 4.0 diantaranya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IOT), Unmanned Vehicles (UAV), Mobile Technology (5G), Shared Platform, Block Chain, Robotics dan Bio-Technology. Pada intinya, revolusi industri 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.Pada masa ini, teknologi mendapatkan ruang lebih besar, sebagai bentuk kreativitas manusia. Berbagai peran dan profesi baru muncul, sebagai bagian dari memperluas penggunaan teknologi informasi. 

Era revolusi Industri 4.0 
Revolusi industri 4..0 telah mengubah wajah dunia saat ini. Tercipta aktivitas manusia yang lebih modern, seperti tren otomatisasi, pertukaran data terkini, komputasi awan, Internet of things (IoT), kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan semua hal virtual yang mampu memudahkan kegiatan operasional manusia. 
    Ada empat prinsip rancangan dalam Revolusi Industri 4.0 yang membantu kita mamahami gerakan dalam revolusi 4.0. Pertama, Interoperabilitas (kesesuaian), yakni kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi satu sama lain lewat Internet of Things (IOT) atau Internet of People (IoP). Internet of Things (IOT) akan mengotomatisasikan proses ini secara besar-besaran. Kedua, Transparansi informasi, yakni kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi. Ketiga, Bantuan teknis. Dalam rancangan ini, ada dua aktivitas kemampuan yang terjadi. Aktivitas awal adalah kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh, agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah. Aktivitas berikutnya, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia. Keempat, Keputusan mandiri, dimana kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Ciri dari keempat rancangan ini adalah kesemuanya bersifat digital dan Artifisial Intelligence (AI). Dengan memahami rancangan revolusi industri 4.0, maka memudahkan kita memahami 4.0 dan mengimplementasikan skenario-skenario yang tepat dalam 4.0. 
    Selanjutnya bagaimanakah karakteritik manusia yang berada di era revolusi industri 4.0? Manusia yang dimaksud disini, bukanlah generasi usia tertentu. Namun individu-individu yang berada dalam revolusi industri 4.0. Dan individu-individu tersebut bisa berasal dari bberapa generasi usia yang hidup hingga masuknya revolusi 4.0. Menurut Hermawan Kartajaya, dalam bukunya Citizen 4.0, mengungkapkan bahwa manusia di era 4.0 memiliki empat passion. Passion merupakan perasaan yang sangat kuat pada diri seseorang. Dan passion yang dimiliki di era 4.0 yakni pertama, passion for knowledge. Di era ini tiap-tiap orang berupaya untuk memiliki pengetahuan atau keahlian. Mereka punya keinginan belajar yang sangat besar, dan internet serta konektivitas membantu mewujudkan keinginan mereka tersebut. Kedua, passion for business. Manusia pada era ini lebih terdorong untuk menjadi mandiri dan tidak mau menjadi beban orang lain secara finansial. Mereka akan menjadikan ketrampilan mereka sebagai ruang untuk mendapatkan pendapatan finansial. Mereka menggunakan inovasi hingga memperhatikan sisi kemanusiaan dalam berbisnis (humane entrepreneurship). Ketiga, passion for service. Manusia pada era ini berusaha untuk selalu memuaskan orang-orang disekitarnya. Konektivitas menjadi faktor penting dalam menjalankan passion ini. Mereka memahami bahwa dengan membantu orang lain, mampu membantu diri sendiri untuk mencapai potensi diri secara optimal. Dan keempat yakni passion for people. Manusia pada era ini menyadari bahwa dirinya tidak dapat menyelesaikan masalah oleh dirinya sendiri. Untuk dengan memiliki hubungan antar manusia akan membantu mereka dalam mengidentifikasi masalah dan mencari solusi terhadap masalah tersebut. 

Peluang dan Tantangan di Era 4.0 
Revolusi industri 4.0 membuat perkembangan teknologi informasi sangat luas dalam kehidupan masyarakat. Aktivitas keseharian, aktivitas profesional dan aktivitas ilmu pengetahuan tidak terpisah jauh dari kemudahan teknologi. Hal ini menyebabkan waktu dan biaya yang lebih efesien. Teknologi internet dan kepiawaian dalam menggunakan algoritma menyebabkan konektivitas semakin mungkin terjadi dan menghubungkan manusia dengan segala aktivitas di seluruh dunia. 
    Revlousi industri 4.0 memberikan peluang besar bagi perkembangan umat manusia. Munculnya berbagai peran baru, sebagai peran perantara, seperti penyedia jasa sistem online, penyedia jasa e-marketing, penyedia jasa pembuat bank data dan lainnya, menjadi peran baru yang juga membuak terciptanya pekerjaan baru. Gojek, Lazada, Bukalapak, dan banyak brand lainnya, merupakan bentuk lapangan pekerjaan baru, profesi baru, sekaligus aktivitas baru bagi masyarakat di era revolusi industri saat ini. Masyarakatakan menemukan berbagai kemudahan dalam berhubungan sosial, bertransaksi bisnis, menjalankan hobi, dan lainnya lewat berbagai bentuk aplikasi. Internet dan informasi teknologi menjadi tools yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia di era ini. 
    Era ini memberikan kesempatan kepada siapa saja berkompetisi dalam inovasi dan kreatifitas. Perguruan tinggi, masyarakat dan Gereja saat ini diberikan seperangkat bank data yang memudahkan mereka untuk memiliki banyak pilihan dalam mengatasi berbagai masalah. Perguruan tinggi sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan terus berlomba-lomba melakukan inovasi dalam bidang penelitian dan pengembangan keilmuan. Para civitas akademika memiliki aksesibilitas yang tinggi pada bank data terkait informasi jurnal, disertasi dan hasil penelitian lainnya. Hal ini memudahkan mereka untuk terus berinovasi secara keilmuan. Buku-buku bacaan yang dahulunya memiliki keterbatasan, akibat hadir secara fisik. Kini dapat diperoleh secara mudah dan murah dalam bentuk online. Selain itu konektivitas antar lembaga, ilmuwan dan para cendekiawan juga dengan mudah terbentuk. Komunitas-komunitas online membuat proses dialektika keilmuan dapat dipercakapkan secara mudah. Perguruan tinggi di daerah, dapat bekomunikasi secara cepat dan mampu menjadi kompetitor handal bagi perguruan tinggi di kota. Batas-batas geografi dilampaui dengan mudah oleh perilaku industri 4.0. 
    Hal yang sama juga terjadi pada Gereja. Bentuk-bentuk pelayanan, kehidupan persekutuan dan kehidupan bersaksi yang lebih kreatif muncul sebagai bagian menyongsong era 4.0. Gereja mulai terbuka untuk berbicara tentang masalah-masalah sosial. Gereja mulai terbuka untuk menggunakan teknologi untuk menunjang pelayanan dan aktivitas bersaksi. Website, youtube, Fancebook, dan masih banyak lainnya, digunakan oleh pengurus Gereja untuk mendekatkan kehidupan pelayanan dan persekutuan kepada jemaat. Kehadiran e-bible memudahkan seseorang untuk dapat berpindah tempat kemana saja, dan dapat mengikuti persekutuan dimana saja dengan mudah. Selain itu Gereja juga telah membuat e-system untuk mendukung kinerja penatalayanan di Gereja. 
    Dengan peluang seperti diatas, maka setiap individu dalam era ini harus memiliki soft skill, sebagai syarat menggunakan tools era 4.0.Soft skill menjadi salah satu faktor paling penting untuk dimiliki para individu dimasa ini. Soft skill tersebut seperti. kemampuan berkomunikasi (penguasaan bahasa internasional) dan bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif, serta memiliki kecerdasan emosional. Pada umumnya era ini menekankan kebutuhan akan individu yang bisa terus belajar, cepat beradaptasi dan paham akan teknologi. 
    Selain dari peluang tersebut diatas, era 4.0 juga memiliki tantangan tersendiri.Era ini membuat manusia dituntut untuk bisa menyamai atau melebihi kinerja dari mesin peradaban ini. Konetktivitas via internet dapat menciptakan sikap individual dalam dunia riil, namun tampak sikap sosial dalam media-media sosial. Manusia akan nyaman dengan tools yang digunakan, namun tidak memahami tujuannya. Selain itu, eraini juga akan membuat ketercapaian tujuan utama masing-masing elemen akan mudah untuk dicapai. Hal ini menyebabkan hubungan yang dibangun dalam kehidupan bersama berdasarkan kepentingan dan tujuan individual, dan mengabaikan tujuan bersama. Tujuan akan menjadi prioritas dalam dunia yang bergerak cepat, dan mengabaikan relasi hubungan jangka panjang. Halyang umumnya terjadi dalam era 4.0 adalah tingginya persaingan. Perguruan tinggi, kelompok-kelompok masyarakat dan Gereja dituntut untuk berkompetisi untuk menunjukan dan saling menunjukan eksistensi diri. Hal ini akan membentuk karakter individualistis yang tinggi, dan mengurangi kepekaan sebagai makluk humanis. 

Gerakan mahasiswa 
Gerakan mahasiswa merupakan sebuah gerakan yang digerakan oleh kaum terpelajar. Menurut A.M Fatwa dalam buku Syaifulla Syam (2005), mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang mempunyai peran strategis dalam kancah pembangunan, karena mahasiswa merupakan sumber kekuatan moral (moral force) bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti, bahwa mahasiswa merupakan bagian yang terintegral dengan masyarakat, namun dengan seleksi tertentu mengenyam pendidikan formal pada Perguruan Tinggi, dan mempunyai peran untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman tingkat tingginya untuk pembaharuan dalam masyarakat. Dengan demikian mahasiswa merupakan kelas sosial di masyarakat yang mempunyai konotasi religiusitas, moralitas, intelektualitas dan humanitas. Mahasiswa merupakan penghubungan antara dimensi ketuhanan (maha) dan kemaklukan (siswa). Kata “maha” identik dengan makna kebenaran yang absolud, sedangkan kata “siswa” identik dengan sosok pembelajar yang senantiasa dinamis. Dengan demikian mahasiswa merupakan pembelajar yang dinamis, yang didalamnya kebenaran absolud yang diyakini masyarakat itu ada. Masyarakat memandang mahasiswa sebagai sumber pengetahuan dan pemahaman. Mereka adalah orang-orang terdidik yang akan membantu mengarahkan nasib bangsa ini. Dan secara historis menunjukan bahwa mahasiswa telah menjadi tokoh penting dalam tiap perubahan yang terjadi. 
    Gerakan mahasiswa merupakan tindakan politik yang menjunjung tinggi moralitas. Disebut tindakan politik, bukan berarti mahasiswa berafiliasi dengan partai politik tertentu, namun merupakan sebuah gerakan politik dengan tujuan untuk mencapai cita-cita ideal sebuah bangsa. Politik merupakan alat yang harus digunakan oleh mahasiswa untuk menuju pada sebuah cita-cita ideal. Jown Rawls mengatakan, bahwa upaya untuk mencapai sebuah tujuan, itulah politik. Untuk itu peran gerakan mahasiswa dalam berpolitik itu sangat diperlukan. Politik ini harus dibimbing oleh moralitas agar ada kerelaan dan kemurnian dalam bergerak memperjuangkan sebuah cita-cita tetap terjaga. 
    Gerakan mahasiswa dituntut untuk melakukan upaya perubahan sesuai dengan harapan ideal yang sesunggguhnya. Sebagai kelompok masyarakat yang telah memiliki kematangan berpikir dan bertindak, maka mahasiswa harus mentrasfer pengetahuan dan pemahaman secara tepat, sehingga perubahan yang terjadi menjadi terarah dengan cita-cita ideal sebuah bangsa. Dalam memainkan peran ini, ia harus secara terus menerus mengoptimalkan radar sosialnya, sehingga peka dan mampu terlebih dahulu mengetahui perubahan-perubahan didalam masyarakat. Dengan kemampuan analisis sosial yang baik, maka mahasiswa mampu melakukan gerakan pembaharuan secara lebih bertanggung jawab. 
    Gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral harus mampu menjaga stabilitas lingkungan masyarakat. Apabila didalam masyarakat terdapat penyimpangan norma, maka mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mampu melakukan itu, maka mahasiswa secara individu juga harus memiliki moral yang baik, agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Dengan peran seperti ini, maka mahasiswa menjaga agar nilai-nilai kebangsaan akan tetap hidup dalam setiap sendi kehidupan sosial. 
    Berikutnya, mahasiswa juga memainkan perannya sebagai social control, yakni mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada dilingkungan sekitar. Ia harus memiliki kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Selain itu juga memiliki kepekaan sosial, sehingga mampu menciptakan perubaahn. Sikap kritis dan idealis tidak menjadikannya anti-sosial, namun mengarahkan kehidupan sosial pada sebuah tujuan yang lebih ideal. Mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang senantiasa mencarikan solusi terhadap berbagai masalah yang sedang menyelimuti mereka. 
    Peran mahasiswa selanjutnya, yakni menjadi generasi penerus. Sebagai generasi penerus bangsa ini selanjutnya, mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Mahasiswa itu merupakan aset, dan harapan bangsa untuk masa depan bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus, ia harus meletakan batu-batu pada kemajuan pembanguna secara tepat. Dengan kecerdasan dan kemapanannya dalam bidang intelektual, ia diharapkan mampu menjembatani antara masa lalu dan masa datang yang akan dituju oleh bangsa ini. 
    Untuk menjalankan peran-peran tersebut, maka gerakan mahasiswa harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Untuk itu mahasiswa harus terintegrasi dengan lingkungan sosial. Mahasiswa harus mau menyatu dengan masyarakat, dan mencari tahu berbagai permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitar. Dengan menggunakan intelektualitas dan kecerdasan sosialnya, mahasiswa dapat menjalankan perannya, serta terus menajamkan sense of crisis sebagai bagian dari menjalankan tugas sebagai pembaharu dan penggerak perubahan. 

Gerakan mahasiwa di era revolusi industri 4.0 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gerakan mahasiswa harus memiliki sense of crisis. Gerakan mahasiswa tidak hanya hadir dalam satu kurun waktu saja, namun terus berdialektika dalam ruang dimana ia berada. Ruang dan waktu yang selalu membutuhkan agen-agen perubahan. 
    Lalu bagaimanakah strategi gerakan mahasiswa di era revolusi industri 4.0? Mahasiswa harus terus menunjukan karakter intelektualitasnya dan berani untuk menonjolkan agresifitas dalam melakukan perubahan. Walaupun disadari bahwa kompetisi yang dimungkinkan dalam era 4.0 sangat agresif. Setiap individu memiliki daya inovasi dan kreatifitas dalam memecahkan masalah. Masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan jawaban dari setiap kebuntuan masalah mereka. Lalu apakah gerakan mahasiswa masih dibutuhkan? Ya, masih dibutuhkan. Idealisme, ketulusan gerakan dan integritaslah yang membuat gerakan mahasiswa berbeda dengan elemen lainnya dalam era 4.0 dalam melihat realitas. 
    Ada beberapa strategi peranan yang dapat digerakan oleh mahasiswa dalam era 4.0, yakni: Pertama, Stategi menjaga idealisme dan integritas. Mahasiswa yang bergerak di era 4.0 harus tetap menjaga kemurnian gerakan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak aktivis mahasiswa memiliki peluang untuk menjadi pragmatis di era 4.0. Untuk itu strategi menjaga idealisme dan integritas haruslah dilakukan secara masif dan terstruktur. Gerakan mahasiswa harus dijaga kemurniannya. Dengan selalu melakukan aksi refleksi terhadap visi dan misi gerakan. Mahasiswa tidak hanya dipenuhi dengan roh untuk bergerak. Namun juga selalu melakukan refleksi terhadap dirinya secara sadar, sehingga terjadi internalisasi nilai-nilai gerakan. Kedua, Gerakan mahasiswa sudah harus terbiasa memperluas jaringan dan menggunakan media informasi komunikasi. Gerakan revolusi yang terjadi di Mesir dan Turki merupakan bentuk gerakan yang terbentuk dan dibangun dengan menggunakan media-media sosial. Grup-grup diskusi dan jaringan-jaringan komunikasi diperluas untuk menjaga kesatuan prinsip dan tujuan gerakan. Organisasi-organisasi gerakan mahasiswa harus sudah mau membangun jaringan dengan LSM, pemerintah, lembaga-lembaga CSR perusahaan dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk membangun konektifitas dan juga mendapatkan informasi yang menyeluruh terhadap kondisi kekinian dalam masyarakat. Ketiga, Gerakan mahasiswa harus menjadi gerakan yang mandiri. Hal ini dengan menyetuh gerakan sociopreneur. Gerakan mahasiswa dapat diarahkan kepada penciptaan gerakan masyarakat yang mandiri. Sebagai intelektual muda yang mampu bergerak dinamis, gerakan mahasiswa dapat memberikan solusi kepada masyarakat, dengan mengembangkan peluang kesejahteraan masyarakat. Aktivitas ilmiah dapat menjadi modal awal untuk menganalisis kebutuhan masyarakat, dan membuat mereka bangkit sendiri untuk mengatasi masalah mereka.Pada era 4.0 humane-preneur merupakan trend yang menarik bagi masyarakat 4.0. Dan dengan mendekatkan pada isu tersebut, maka gerakan mahasiswa akan lebih mudah dipahami oleh masyarakat 4.0. Keempat, Gerakan mahasiswa mampu menjaring generasi 4.0 dalam bergerak. Gerakan mahasiswa harus mampu memperhatikan dan mengkolaborasikan antara passion for business dengan passion for service dan for people. Generasi yang mampu menciptakan kemandirian dalam bergerak dimasa kini dan menciptakan peluang kerja dimasa depan. Kelima, Gerakan mahasiswa harus mampu bepikir dan bertindak dinamis dalam kompleksitas inovasi dan kreatifitas. Gerakan mahasiswa harus mampu menciptakan gerakan-gerakan yang inovatif dan kreatif, dengan memanfaatkan informasi teknologi, sehingga gerakan tersebut tidak terkesan ketinggalan jaman dan diasingkan oleh mahasiswa sendiri. Kebaruan bentuk dalam memecahkan masalah, merupakan salah satu strategi dalam mengatasi masalah di era 4.0. Keenam, gerakan mahasiswa harus mampu membawa perubahan secara langsung pada masalah atau problem solver. Mahasiswa harus mengatasi masalah dengan berangkat dari kajian-kajian mendalam, serta sebuah solusi konstruktif yang telah dikaji oleh dirinya sendiri. Gerakan mahasiswa yang selama ini yang bersifat demontsrasi jalanan, diganti dengan partisipatori terhadap masyarakat atau pemerintah. Gerakan mahasiswa harus menjadi ujung tombak perubahan, dan tidak hanya menyuarakan keresahan yang terjadi didalam masyarakat. Untuk menjawab strategi ini, maka dituntut bahwa gerakan mahasiswa harus mampu berhubungan interdisipliner dengan tidak meninggalkan fokus disiplin ilmunya. Gerakan mahasiswa harus mampu menganalisa secara menyeluruh terhadap sebuah masalah, dan mempertimbangkan berbagai peluang solusi yang konstruktif. Ketujuh, secara kelembagaan gerakan mahasiswa harus membangun sistem pengkaderan yang terstruktur dengan menggunakan e-system dengan tidak meninggalkan roh gerakan. Sehingga terbentuk sebuah kelompok masyarakat terpelajar yang idealis dan berintegritas, serta tidak tergerus pada pragmatisme jaman. 
    Gerakan mahasiswa di era 4.0 harus menjadi penggerak jaman dan berselancar dalam arus informasi 4.0. Mahasiswa di era ini dituntut untuk selalu memiliki inovasi dan kreatifitas. Menjadi radar sekaligus menjadi problem solver, menjadi tulang punggung negara sekaligus menjadi penentu arah masa depan bangsa, menjadi creative minority sekaligus menjadi inovator bagi masyarakat. 

Penutup 
Gerakan mahasiswa merupakan sebuah tindakan dinamis mahasiswa untuk membuat arah perubahan. Gerakan ini tidak akan hilang, walaupun teknologi dan kemajuan dunia berubah. Strategi gerakan tetap dijalankan untuk memainkan peran yang sama, dengan peran gerakan mahasiswa di masa lalu, namun strategi berbeda. Mahasiswa tetaplah menjadi kaum terpelajar dan radar dalam masyarakat. Mahasiswa tetaplah menjadi pembelajar dan pejuang kebenaran di tengah-tengah masyarakat.


(Disusun dan dibawakan oleh Ricky Arnold Nggili dalam Kelompok Studi Lokal (KSL) GMKI Cabang Salatiga di GPIB Taman Sari, tanggal 21 November 2019, pukul 18.30 wib - selesai)
1 komentar

1 komentar

  • Anonim
    Anonim
    24 Agustus 2023 pukul 01.28
    Terima kasih Pak Ricky untuk materi yang dibagikan.
    Reply