xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Kampanye Politik Anti-Lingkungan


Pesta demokrasi bagi bangsa Indonesia akan berlangsung tanggal 9 April 2014. Pesta ini melibatkan pemilih cukup umur untuk ikut serta dalam menetapkan pilihan wakil-wakil rakyat untuk duduk di kursi DPRD II, DPRD I dan DPR RI serta DPD.Dan selanjutnya pada tanggal 9 Juli 2014 akan diadakan pemilihan langsung Presiden Republik Indonesia. Dengan adanya keterlibatan secara aktif dari seluruh rakyat Indonesia dalam pesta demokrasi ini, maka diharapkan bangsa Indonesia berhasil mewujudkan cita-cita demokrasi yang tertuang di UUD 1945 dan Pancasila.Negara yang besar merupakan negara yang melibatkan seluruh rakyatnya untuk bertanggung jawab dalam menciptakan situasi politik yang demokrasi.Dengan adanya banyak partai dan pilihan wakil rakyat dari berbagai profesi serta latar belakang. Membuat cita-cita reformasi akan sebuah kebebesan dalam berdemokrasi terwujud.
Pertanyaan selanjutnya yakni, apakah ada yang dikorbankan dalam pesta demokrasi tersebut?Ya, lingkungan alam selalu menjadi korban dalam pesta demokrasi yang dilakukan di Indonesia.Kampanye-kampanye politik dengan menggunakan alat peraga dan media seperti spanduk, bendera dan gambar, yang selalu dipaku dan atau ditancapkan dibatang-batang pohon,yang terletak dipinggiran jalan, agar dapat dilihat oleh masyarakat umum. Kadangkala satu pohon ditancapkan dua sampai tiga bahkan lebih media kampanye, sehingga menghilangkan keindahan tanaman tersebut.Pohon-pohon dipinggiran jalan seperti hidup dan tumbuh untuk menyuarakan kepentingan para politisi yang ingin menang dalam pesta demokrasi tahun ini.Lingkungan menjadi meriah dengan banyaknya alat peraga dan media kampanye. Akan tetapi disisi lain, batang pohonlah yang menjadi tempat tepat untuk menancapkan media tersebut.Sungguh sebuah pesta demokrasi yang ironi.Pesta yang tidak memperhatikan tumbuhan yang berada disekitar tempat umum.
Para calon wakil rakyat berupaya menunjukkan karakter diri dan visi mereka.Akan tetapi dalam karakter dan visi tersebut terbersit sebuah perilaku yang menunjukan sikap anti terhadap lingkungan dan ekosistem sekitar.Mereka berupaya menyuarakan janji-janji kampanye yang pada umumnya berfokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan menciptakan keadilan sosial.Akan tetapi tidak ada yang menyuarakan kelangsungan dan kelestarian lingkungan, tempat dimana masyarakat tinggal.Perlombaan yang dilakukan dalam masa kampanye, hanyalah sebatas janji-janji politis, yang berguna untuk menghipnotis pada calon pemilih.Lingkungan diabaikan dan bahkan dikorbankan untuk mencapai tujuan politis tersebut.
Jika dilihat cara menempatkan alat peraga dan media kampanye, maka tampaklah secara eksplisit bahwa masih banyak para calon wakil rakyat yang mengobarkan kampanye anti-lingkungan.Alat peraga danmedia kampanye yang ditancapkan dibatang-batang pohon, penggalian trotoar (jalur pejalan kaki) secara serampangan untuk dipasangkan baliho besar dan bahkan ada tanaman yang ditebang, karena menghalangi pandangan masyarakat pada media tersebut,merupakan bentuk-bentuk kampanye anti lingkungan secara tidak langsung.Kehidupan sosial tidak terlepas dari ekosistem dimana masyarakat itu berada. Dengan demikian, jika ia memperjuangkan nasib rakyat yang akan memilihnya, maka lingkungan tempat masyarakat tinggal pun, harus diperhatikan dan dilestarikan. Bukannya dikorbankan untuk kepentingan kampanye atau kepentingan politik individu.
Dengan menancapkan media kampanye kebatang pohon, maka calon wakil rakyat telah menunjukan karakter tidak mencintai lingkungan.Tanaman pohon yang berada diruang publik, merupakan bagian dari kepemilikan bersama. Dan harus dijaga kelestariannya, sebagai upaya menjaga kesejukan dan keindahan kota.Banyaknya media yang ditancapkan dibatang-batang pohon, akan membuat keindahan dari lingkungan menjadi pudar. Pohon-pohon dan tanaman lain yang ada dipinggiran jalan seharusnya berfungsi pembawa keteduhan, dan bukannya menjadi alat yang digunakan dalam kampanye politik.
Ada juga kampanye anti-lingkungan dalam bentukpenggalian trotoar untuk ditanamkan baliho-baliho besar kampanye politik.Trotoar merupakan fasilitas umum yang seharusnya tidak boleh digunakan sebagai alat kampanye.Apabila ada calon wakil rakyat dan partai yang menancapkan balihonya ditrotoar,maka perilaku tersebut menunjukkan sikap yang lebih mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan rakyat.Dengan mengabaikan kepentingan pejalan kaki, maka sang politisi telah salah dalam memperjuangkan nasib rakyat.
Kampanye anti-lingkungan berikutnya ditunjukkan dengan penebangan tanaman dipinggir jalan agar tidak menghalangi media kampanye yang terpajang disisi jalan.Tanaman-tanaman dipinggir jalan selalu menjadi target para pemasang alat peraga dan media kampanye.Para tim sukses maupun kader-kader partai tidak segan-segan memotong tanaman apa saja yang menghalangi pandangan mata masyarakat terhadap alat peraga dan media kampanye mereka. Penataan terhadap pemasangan media-media kampanye tidak diatur secara spesifik dengan berkoordinasi dengan dinas lingkungan hidup dan tata kota. Hingga menyebabkan tanaman-tanaman yang sengaja ditanam oleh dinas terkait ditebang seenaknya. Dengan menebang tanaman yang menghalangi media kampanyelah mereka menunjukan siapa diri mereka, yang siap mengorbankan apa saja bagi sebuah kemenangan kelompok atau individu.
Melihat perilaku ini, maka tampaklah bahwa kampanye yang dilakukan bukanlah kampanye politik untuk merebut kursi wakil rakyat.Akan tetapi kampanye politik untuk menunjukan sikap anti-lingkungan.Peraturan KPU Nomor 15 tahun 2013 tentang ketentuan pemasangan alat peraga ditempat umum diabaikan.Perilaku yang secara sadar ditunjukan ini, memperlihatkanrendahnyapemahaman visi dan intelektualitas yang dimiliki oleh para calon wakil rakyat.Para calon wakil rakyat hanya menciptakan slogan-slogan pro rakyat, akan tetapi perilaku mereka tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Ekologi yang merupakan tempat tinggal rakyat adalah jaminan keberlangsungan dari kesejahteraan dan keadilan sosial. Apabila hal tersebut dirusak dan diabaikan, maka akan terjadi ketimpangan dalam masyarakat.Sudah cukup banjir dan bencana yang disebabkan oleh pembangunan tanpa memperhatikan keseimbangan alam.Dengan mengobarkan kampanye terselubung anti-lingkungan, maka sudah pasti penderitaan rakyat akan diteruskan oleh wakil rakyat berikutnya. Selamat menyongsong pesta demokrasi dan jadilah rakyat yang peduli dan cinta pada lingkungannya.

Posting Komentar

Posting Komentar