xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Kepemimpinan & Mendengarkan (Memahami untuk Dipahami)


Pendahuluan

Menjadi pemimpin merupakan sebuah kewajiban dalam diri setiap orang. Dalam pendekatan kepemimpinan transformasional, seorang pemimpin harus mampu merubah dan mengembangkan dirinya, sehingga ia memiliki kompetensi untuk merubah orang lain dan lingkungan sekitarnya. Pemimpin harus memiliki paradigma yang benar tentang dirinya, serta peran dalam kepemimpinan yang diterapkannya. Pemimpin merupakan sosok teladan, yang memiliki karakter kuat untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang-orang disekitarnya, untuk mencapai sebuah tujuan ideal. Tujuan yang bukan hanya menjadi arah bagi dirinya, namun juga bagi semua orang yang dipimpinnya.
   Dalam menjalankan kewajiban sebagai pemimpin, mendengarkan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan diterapkan. Menurut Peter Drucker, “60% dari setiap persoalan manajemen disebabkan oleh komunikasi yang tidak lancar”. Disini kehadiran seorang pemimpin yang tidak mendengarkan dengan baik, akan memberikan dampak pada komunikasi yang kurang baik juga. Selanjutnya John C. Maxwell juga mengatakan, bahwa “Sebagian besar dari masalah komunikasi adalah dari ketidak mampuan untuk mendengarkan”. Kedua ahli dalam bidang manajemen dan kepemimpinan ini, menempatkan mendengarkan sebagai pemegang kunci dari sebuah komunikasi yang efektif dalam membangun sebuah organisasi.
   Seorang pemimpin yang memberi diri untuk mendengarkan dalam menjalankan kepemimpinannya, maka ia menempatkan diri sebagai pemimpin yang siap untuk menciptakan perubahan. Tujuan dari mendengarkan yang efektif adalah untuk belajar dan membangun keterjalinan hubungan yang baik. Untuk itu, pada saat seseorang berupaya melakukan aktivitas mendengarkan, maka hal inimenunjukan bahwa ia meminimalisir kesalahanyang terjadi dalam menjalankan kepemimpinannya, serta meminimalisir terjadinya perubahan yang jauh keluar dari arah cita-cita ideal bersama. Dengan mendengarkan pemimpin mendekatkan dirinya dengan orang-orang yang dipimpin, serta menciptakan perubahan sesuai dengan konteks yang dibutuhkan untuk berubah. Ada pepatah yang mengatakan “manusia diberikan dua telinga dan satu mulut, agar ia bisa mendengarkan lebih banyak dari pada berbicara”. Dengan mendengarkan lebih banyak, manusia akan lebih banyak memiliki peluang untuk menyelesaikan permasalahan, dari pada membuat permasalahan baru. Seorang pemimpin harus bisa menjalankan kepemimpinannya dengan mendengarkan lebih banyak permasalahan, peluang, serta potensi yang dimiliki oleh orang-orang yang dipimpinnya, sehingga ia dapat menggerakan setiap orang kepada arah yang diinginkannya.

Mengubah diri dengan mendengarkan
Banyak pemimpin berusaha melatih diri untuk memiliki karakter yang baik, dan atau kepribadian yang tepat. Mereka tidak menyadari bahwa kepemimpinan dapat dilatih dengan hanya mendengarkan. Karakter kepemimpinan, seperti memiliki integritas, jujur, kerendahan hati, penguasaan diri, memperjuangkan kebenaran dan lainnya dapat dikembangkan lewat aktivitas mendengarkan.
   Dengan mendengarkan, pemimpin merubah diri mereka yang minder, takut berbuat salah, takut tidak menjalankan amanah, takut tidak dapat berhasil dalam memimpin dan hal lainnya, yang dapat mengarah pada hilangnya kepercayaan diri dalam memimpin. Mendengarkan akanmemberikan kepercayaan diri, solusi dan arah yang jelas dalam memimpin. Coba anda bayangkan seorang pemimpin yang tidak mau mendengarkan orang lain, pada saat ia berpidato. Pastilah, yang dibicarakannya pada saat pidato adalah hal-hal yang tidak tepat sasaran dan tidak berguna bagi pengembangan komunitas. Dan menurut Plato sang filsuf besar, untuk mengukur ketinggian dan kerendahan hati seseorang, lihatlah dari seberapa banyak seseorang berbicara hal-hal yang tidak berguna dan selalu mendominasi orang lain. Orang yang selalu mendengarkan, dalam berkomunikasi, selalu membahas hal-hal yang bermanfaat dan tepat sasaran bagi orang lain. Dan orang seperti itulah yang memiliki kerendahan hati. Dengan memiliki kerendahan hati seseorang siap untuk menjadi pemimpin yang dimiliki banyak orang. Dan apabila banyak orang mau mengikutinya, maka perubahan akan tercipta. Untuk itu dengan mendengarkan seseorang siap untuk mengubah dirinya dan mengubah orang lain.
 
Mau untuk mendengarkan  
Menyerahkan diri untuk mendengarkan bukanlah sesuatu yang mudah bagi setiap pemimpin. Mengapa hal ini bisa terjadi? karena dalam setiap pelatihan kepemimpinan, seringkali dan paling banyak dilatih adalah ketrampilan untuk melakukan public speaking, ketimbang mendengarkan. Hal ini membuat banyak pemimpin, lebih pandai dalam berbicara didepan umum maupun interpersonal dengan orang lain, ketimbang mendengarkan orang lain berbicara. Coba anda perhatikan disekeliling anda, berapa banyakkah pemimpin yang anda jumpai dan selalu mau mendengarkan orang lain? Sangat sedikit dan bahkan tidak ada. Ya, hal ini terjadi karena banyak pemimpin lebih siap untuk berbicara dari pada untuk mendengarkan.
   Mendengarkan berbeda dengan mendengar. Mendengar merupakan sebuah tindakan yang terjadi sebagai akibat dari berfungsinya telinga kita. Mendengar merupakan respon fisik terhadap kondisi dilingkungan sekitar. Dengan hanya mendengar, seseorang belum tentu bisa menyimak dan memahami lingkungan sekitarnya. Mendengar akan membangkitkan insting untuk waspada, namun tidak serta merta mengerti apa yang harus diwaspadai. Hal ini berbeda dengan mendengarkan, yang memberikan kemampuan lebih untuk dapat menyimak dan memahami. Dengan mendengarkan, seseorang akan waspada karena mengetahui hal-hal apa yang dihadapinya. Dengan mendengarkan seseorang akan lebih memahami situasi disekelilingnya, dan siap untuk mengerahkan seluruh potensinya dalam membuat perubahan. Mendengarkan tidak hanya membangkitkan insting seorang manusia, namun juga membangkitkan kompetensi spiritual, emosional, intelektual dan fisik agar siap merespon dengan tepat, terhadap hal apa yang didengarkannya. Mendengarkan akan memberikan dampak luar biasa bagi sebuah obyek, ketimbang hanya sekedar mendengar.
   Dengan mau untuk mendengarkan, maka seseorang memberikan dirinya untuk siap menjadi pemimpin yang dimiliki oleh orang banyak. Mantan presiden Amerika, George W. Bush mengatakan, bahwa “kepemimpinan bagi saya berarti tugas, kehormatan dan negara. Itu berarti karakter dan itu berarti mendengarkan dari waktu kewaktu.”Memberi diri untuk mendengarkan, maka memberi diri untuk menjalankan kewajiban seorang pemimpin. Pemimpin bukanlah seorang penghibur dan pengkhotbah, yang harus banyak berbicara dan berusaha untuk disenangi oleh orang lain. Pemimpin adalah teladan, pengarah, pendorong, pendamping dan pembawa perubahan, yang harus banyak mendengarkan setiap masalah dan mewujudkan banyak perubahan yang strategis.
   Menurut Herb Cohen, seorang negosiator terbaik dunia, mendengarkan secara efektif membutuhkan lebih dari sekedar mendengarkan kata-kata yang disampaikan orang. Menurut ia, mendengarkan menuntun kita untuk menemukan makna dan pemahaman atas apa yang sedang dikatakan oleh orang lain. Untuk itu, pada saat kita siap untuk mendengarkan, maka ada sebuah penyerahan diri dan respon yang tulus terhadap orang yang berbicara. Penyerahan diri membuat, seseorang akan mendengar dengan rendah hati dan tidak berupaya untuk mendominasi komunikasi yang sedang dilakukan. Dan apabila ia berhasil untuk memahami apa yang didengarkan secara tepat, maka ia telah menemukan makna dibalik banyaknya kata-kata yang diucapkan seseorang. Dengan demikian, mendengarkan membutuhkan kesabaran dan penguasaan diri dari sipendengar. Melihat dari karakter kerendahan hati, kesabaran dan penguasaan diri yang harus dimiliki oleh seorang pendengar, bukankan karakter tersebut juga, yang harus dikembangkan oleh sang pemimpin. Dan dengan mendengarkan seseorang berlatih untuk membangun karakter ini didalam dirinya.

Mendengarkan dengan efektif  

Mendengarkan dengan efektif, yakni mendengarkan dengan aktif dan empatik. Mendengarkan dengan aktif yakni menyerahkan seluruh waktu dan aktivitas untuk mendengarkan, serta memaksimalkan potensi fisik untuk menerima dan memberikan respon. Waktu dan aktivitas seringkali dapat menghalangi seseorang untuk mendengarkan. Banyaknya agenda kegiatan dan sibuknya aktivitas membuat proses mendengarkan akan semakin pendek. Orang yang dapat mengesampingkan waktu dan aktivitas dalam mendengarkan orang lain, maka ia telah secara aktif memberikan dirinya untuk mendengarkan. Saat proses mendengarkan, ia juga menggunakan telinga dan seluruh anggota tubuhnya agar mampu berkomunikasi secara baik, dalam menggali makna dibalik kata-kata yang didengarnya.
   Selain mendengarkan dengan aktif, mendengar juga perlu melibatkan emosional dan spiritual yang akan membangkitkan perasaan empatik. Empatik adalah kemampuan untuk memahami dan mengerti seseorang atau sesuatu dari perpektif orang lain. Untuk memahami dan mengerti dari sudut pandang orang lain, maka sipendengar harus hadirkan dirinya secarautuh untuk menilik kedalam hati sipembicara, sehingga ia memahami maksud dan arti dibalik perkataan yang diucapkan. Seorang pendengar harus mampu merespon secara tepat komunikasi yang diberikan oleh sipembicara dan menyimpulkan perkataan yang diucapkannya. Mendengarkan dengan empatik menghadirkan ketulusan untuk mendengar, serta turut serta merasakan perasaan yang dialami oleh sipembicara. Pendengar dapat bersemangat pada saat termotivasi oleh pembicara, dapat iba pada saat tersentuh, dan dapat sedih pada saat menyalami perasaan-perasaan dibalik kata-kata tersebut. Dengan menghadirkan totalitas diri pada saat mendengarkan, maka sipendengar telah membantu pembicara dalam mendapatkan dukungan, memotivasi diri, dan penghiburan sekaligus pengharapan.
   Mendengarkan dengan efektif yang melibatkan keaktifan dalam mendengar dan perasaan empatik, akan membantu terciptanya sebuah komunikasi yang berujung pada terciptanya sebuah perubahan. Ekfetif bukan berarti mempersingkat atau memperpanjang waktu untuk mendengarkan, namun memberikan diri untuk mencapai tujuan dari proses mendengarkan.

Penutup 

Mendengarkan merupakan sebuah aktivitas yang tidak mudah dilakukan. Setiap orang pasti mampu untuk menjadi pemimpin, namun belum tentu menjadi pemimpin yang transformatif. Untuk itu dengan mendengarkan, memampukan masing-masing individu untuk mampu merubah dirinya dan serta merta membawa perubahan bagi lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Mendengarkan adalah kewajiban dari seorang pemimpin. Kewajiban yang akan mengarahkan arah kepemimpinan pada tercapainya sebuah tujuan ideal bersama secara optimal. 

(Tulisan ini dibawakan Ricky Arnold Nggili, sebagai materi Pelatihan Menengah Kepemimpinan Mahasiswa (LMKM) Lembaga Kemahasiswaan Univeristas (LKU) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), tanggal 21 Februari 2014, di Yonif 411 Salatiga-Jawa Tengah)

Link tulisan terkait :
Posting Komentar

Posting Komentar