xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Aktivitas Memahami Untuk Dipahami



Pendahuluan

Sebagai pemimpin sikap untuk memahami seringkali dikesampingkan sebagai bagian yang tidak terlalu penting. Pemimpin lebih senang apabila dengan mudah dipahami dan dimengerti segala perintah yang diberikannya. Hal ini membuat sosok pemimpin lebih dekat dengan aktivitas memerintah, ketimbang mencari tahu berbagai persoalan. Sikap memahami sangat penting bagi seorang pemimpin, dalam membantu dirinya untuk mengerti sebuah persoalan dan menemukan solusi yang tepat bagi persoalan tersebut. Dengan memahami dan mengerti, seorang pemimpin akan lebih mudah dipahami pada saat memerintah dan mendelegasikan tugas tertentu.
     Aktivitas memahami seorang pemimpin, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jokowi sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta menggunakan teknik blusukan, sebagai cara dia untuk memahami persoalan penduduk Jakarta. Konseling dan pelayanan dengan cinta, merupakan cara Mother Teresa dalam memahami persoalan kemiskinan di Calcuta, India. Dan masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang obyektif dan valid terhadap sebuah persoalan. Stephen R. Covey menekankan bahwa proses memahami dapat dilakukan dengan tindakan mendengar dengan empatik. Mendengar dengan empatik merupakan wujud dari keadaan sadar untuk menyerahkan diri untuk memahami orang lain. Mendengarkan dengan empatik tidak hanya melibatkan emosional, namun juga spiritualitas, intelektualitas dan keseluruan kesiapan fisik, dalam merespon tanggapan yang diberikan oleh orang lain yang ingin kita pahami. Pemimpin yang mampu mendengarkan dengan empatik, akan menjadi pemimpin yang memahami berbagai permasalahan orang-orang yang dipimpinnya, dan efektif dalam menemukan solusi yang tepat terhadap persoalan tersebut.
     Pada tulisan ini akan dibahas aktivitas yang seringkali dilakukan oleh pemimpin, pada saat berusaha memahami terlebih dahulu sebelum dipahami. Tindakan memahami yang dilakukan oleh seorang pemimpin, tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat institusional. Namun juga hal-hal yang berkaitan dengan individualistik dari tiap anggota yang dipimpinnya. Dengan memahami kedua sisi ini, maka instrumen manusia dalam organisasi akan lebih dimengerti dan dioptimalkan.

Memahami Permasalahan Institusional
Aktivitas utama dari seorang pemimpin organisasi adalah meyakinkan setiap anggota dalam organisasi untuk bekerja secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagai penghargaan atas kinerja dari para anggota, maka organisasi akan memberikan reward berupa gaji, informasi pengetahuan, kedudukan, kompetensi, dan lainnya. Dengan demikian ada timbal balik dalam memperoleh tujuan. Organisasi mencapai tujuan umum, dan para individu yang bekerja memperoleh tujuan masing-masing individu yang diharapkan.
     Namun seringkali dalam sebuah organisasi tercipta sebuah iklim persaingan dalam bekerja. Para karyawan dan atau anggota organisasi berlomba-lomba untuk bekerja secara optimal untuk mendapatkan tujuan yang mereka harapkan dari organisasi. Kadangkala perlombaan tersebut selalu masuk kedalam hal-hal yang negatif atau mengganggu iklim sinergisme dalam organisasi. Antar anggota organisasi tidak saling membantu mengatasi masalah, dengan harapan orang yang berjumpa dengan masalah tersebut mundur kinerjanya. Ada anggota yang secara sengaja tidak mau berbagi informasi penting, agar dia mendapatkan keuntungan lebih besar secara individual, walaupun hal tersebut dapat merugikan organisasi. Ada yang sengaja melanggar aturan organisasi dan memberikan keuntungan bagi pribadinya sendiri. Hal lainnya seperti : menggunakan fasilitas organisasi untuk kepentingan pribadi, mencuri waktu-waktu kerja untuk bersantai, memanipulasi data orang lain menjadi data dirinya, dan masih banyak lagi sikap yang menunjukan adanya permasalahan didalam organisasi. Berbagai permasalahan ini timbul sebagai akibat dari adanya peluang untuk mendapatkan tujuan pribadi dengan cara apapun, disela-sela usaha pencapaian tujuan organisasi. Apabila hal ini tidak diperhatikan oleh sang pemimpin, maka organisasi secara institusional akan mengalami kemunduran. Tujuan yang diharapkan dapat tercapai, sebagai akibat dari kerjasama yang optimal para anggota dalam organisasi, dapat tidak tercapai.
     Pemimpin harus mampu untuk memahami kondisi-kondisi diatas secara obyektif. Sehingga perubahan dapat tercipta, untuk mengarahkan organisasi kearah yang lebih baik. Proses memahami kondisi secara institusional harus dilakukan sebagai bagian dari tanggung jawab kepemimpinan. Adapun cara untuk memahami kondisi ini adalah :
  • Lakukan evaluasi mingguan, bulanan dan triwulan terhadap anggota dalam organisasi.
  • Evaluasi meliputi kinerja, kepuasan kerja, dan sinergisme dalam organisasi.
  • Evaluasi dapat dalam bentuk survey maupun kuisoner.
  • Untuk mendalami suatu kondisi, maka dapat dilakukan dept interview terhadap level manajemen menengah dan bawah.
  • Sekali-kali lakukan pertanyaan ringan kepada anggota atau karyawan tentang kinerja dan kepuasan kerja.
  • Apabila ada masalah harus segera ditanggulangi, dengan memperhatikan jenjang manajemen dalam organisasi.
Dalam melakukan proses memahami permasalahan institusional, sang pemimpin harus :
  • Terbuka terhadap segala informasi yang diterima.
  • Mendengarkan dengan empatik dan obyektif.
  • Mencari tahu akar masalah dan bukan terjebak pada posisi sipemberi informasi.
  • Berpegang teguh pada aturan dan asas dalam organisasi.
  • Selalu memberikan solusi sebagai bentuk dari problem solving.
  • Menciptakan banyak alternatif pilihan solusi, yang menguntungkan berbagai pihak.

Memahami Permasalahan Individu 

Selain permasalahan institusional seperti yang dipaparkan diatas, pemimpin juga perlu memahami permasalahan individu yang bergabung dalam organisasi. Individu-individu ini bukanlah mekanik yang hanya bekerja, karena program tertentu. Namun mereka merupakan manusia yang memiliki emosional dan masalah dalam kehidupan keseharian mereka, diluar aktivitas dalam organisasi. Dan seringkali permasalahan-permasalahan diluar aktivitas organisasi ini, dibawa kedalam organisasi dan mengganggu kinerja mereka.
     Permasalahan-permasalahan seperti: berkelahi dengan sang pacar, dapat membuat mood bekerja menjadi tidak nyaman dan kacau. Kesulitan dalam mengatur keuangan pribadi, dapat membuat anggota bekerja dengan tidak fokus dan membuat banyak kesalahan. Kehilangan seseorang yang dikasihinya, akan membuat konsentrasi dalam bekerja hilang dan menjadi kehilangan arah. Kejadian sering marah-marahnya seseorang dalam beraktivitas diorganisasi, mungkin saja diakibatkan oleh permasalahan tertentu, dan membuatnya tidak mampu mengontrol diri dalam bekerja. Ketidak nyamanan dalam emosi dan pikiran, membuat seseorang tidak siap dalam beraktivitas dan mengganggu suasana kerja sama dalam organisasi. Hal-hal ini merupakan permasalahan individu yang dibawa kedalam organisasi dan mengganggu kinerja organisasi. Sebagai sang pemimpin, sikap untuk menghakimi para anggota yang terjebak dalam permasalahan pribadi, akan menyebabkan ketidak senangan para anggota terhadap pemimpinnya. Permasalahan pribadi merupakan masalah yang “sensitif” untuk disentuh oleh orang dari luar. Untuk itu sang pemimpin haruslah lebih bijaksana dalam menyingkapi permasalahan ini.
     Sikap memahami berbagai permasalahan individu, yang mengganggu kinerja mereka dalam organisasi, perlu dilakukan oleh sang peimpin. Pemimpin organisasi harus menjamin adanya iklim dalam organisasi yang kondusif untuk beraktivitas. Dan hal ini tidak boleh diganggu oleh permasalahan-permasalahan individu. Sang pemimpin harus mampu menelaah permasalahan tersebut, dan menjadi “bapak” bagi para anggota yang mengalami persoalan tersebut. Adapun sikap untuk memahami yang dapat dilakukan pemimpin:
  • Selalu bersikap terbuka.
  • Berbicara dengan hati dan interpersonal dengan anggota yang mengalami permasalahan.
  • Hindari sikap menilai, menghakimi, dan menasehati.
  • Dengarkan dengan empatik keluh kesah dari individu yang bermasalah.
  • Berikan dukungan dan motivasi sebagai bagian dari membangun kepercayaan diri.
  • Apabila memungkinkan, bersama individu yang sedang dipahami mencari solusi atas masalah yang dihadapi.
  • Temukan berbagai alternatif pilihan berdasarkan pertimbangan yang tepat

Penutup
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memahami segala kondisi dalam organisasi yang dipimpinnya. Permasalahan dalam organisasi yang bersifat institusional maupun individual, harus dipahami sebagai bagian dari menunjang aktivitas dalam organisasi. Para anggota harus mendapatkan jaminan adanya kenyamanan dan interaksi yang kondusif dalam melakukan aktivitas dalam organisasi. Dan pemimpin berusaha menjamin adanya iklim yang kondusif tersebut. Dengan memahami kondisi riil dalam organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya, maka ia telah mengawal laju gerak organisasi dengan ritme yang tepat. Hingga pada saat sang pemimpin berbicara dan ingin untuk dipahami, maka seluruh insturmen dan individu dalam organisasi akan mendukungnya. Dengan demikian pengaruh sang pemimpin dalam organisasi hadir sebagai akibat dari proses memahami yang dilakukannya terlebih dahulu. 

(Tulisan ini dibawakan oleh Ricky Arnold Nggili, sebagai materi dalam Pelatihan Menengah Kepemimpinan Mahsiswa (LMKM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), tanggal 21 Maret 2014 di Yonif 411)

Posting Komentar

Posting Komentar