xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Berpikir Menang-Menang


Pendahuluan
Organisasi merupakan tempat berkumpulnya berbagai kepentingan dan tujuan dari tiap individu. Teori organisasi menggambarkan bahwa bergabungnya seorang individu kedalam sebuah organisasi, dikarenakan adanya kesamaan irisan visi atau tujuan yang ingin dicapai secara bersama-sama. Dengan bergabungnya seseorang untuk beraktivitas dalam sebuah organisasi, maka ada tujuan individu yang akan tercapai dan sekaligus menjawab tujuan dari sebuah organisasi. Hal ini mengakibatkan banyaknya kepentingan dan tujuan yang ingin dicapai oleh berbagai karakter dalam sebuah organisasi. Serta menyebabkan juga terjadi semacam interaksi antar individu dalam organisasi tersebut, sebagai upaya dalam mencapai tujuan masing-masing individu.
      Interaksi menunjukan adanya upaya tiap individu dalam menggapai tujuannya masing-masing. Walaupun dalam teori organisasi, tampak bahwa adanya irisan tujuan yang sama dalam organisasi tersebut, namun tidak dapat dipungkiri bahwa interaksi yang terjadi seringkali menyebabkan terjadinya gesekan-gesekan kompetisi untuk menggapai tujuan masing-masing individu. Persaingan membawa tiap individu untuk mencapai tujuannya secara lebih efesien, dan bahkan bisa mengesampingkan tujuan orang lain. Untuk itu, seringkali dalam tiap aktivitas organisasi tidak terjadi sinergisme, namun kompetisi dan ajang untuk menunjukan ego dari masing-masing individu.
      Persaingan tampak terjadi juga dalam hubungan antar organisasi. Pada masa politik seperti saat ini, dapat kita lihat bagaimana tiap organisasi politik saling berkompetisi untuk merebut suara masyarakat. Organisasi politik yang merupakan kendaraan rakyat dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita seluruh masyarakat saling berkompetisi, seakan-akan memiliki tujuan yang berbeda antar tiap partai. Akan tetapi apabila dilihat dari tujuan organisasi dan isi dari kampanye tiap partai, tampaklah bahwa mereka memiliki satu tujuan yang sama, yakni meningkatkan kesejahteraan, memperjuangkan keadilan dan pemerataan pembangunan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kompetisi telah membawa suasana yang berbeda dalam mencapai sebuah tujuan, bukanlah sinergisme yag terjadi, namun persaingan dan kompetisi yang terjadi.
       Hal tersebut juga terjadi dalam diri tiap individu yang menjadi pemimpin. Seringkali posisi puncak pemimpin dicapai dengan cara berkompetisi dan bahkan mengesampingkan kerjasama. Pemimpin seringkali merupakan orang-orang yang telah memenangkan persaingan antar individu, untuk menjadi individu yang unggul. Lingkungan dan individu lainnya dikesampingkan dalam usaha mencapai kedudukan seorang pemimpin. Integritas dan komitmen dipoles sedemikian rupa sehingga seakan-akan menjadi bagian dari karakter pemimpin tersebut, padahal hanya merupakan polesan untuk mencapai posisi tertentu. Kondisi sinergis tidak diciptakan oleh sang pemimpin, dikarenakan adanya tujuan individu yang dikedepankan. Kerugian dan kekalahan orang lain, dianggap wajar dalam sebuah persaingan. Dan apabila ia telah memenangkan persaingan tersebut, maka tepatlah ia ditempatkan sebagai sang pemimpin diposisi puncak. Sungguh sebuah persaingan dengan menggunakan hukum rimba yang diciptakan dalam menciptakan sosok sang pemimpin. Yang lemah tidak memiliki kontribusi dan yang kalah menjadi lawan yang selalu diwaspadai.
      Ketiga situasi diatas, merupakan kondisi yang sering terjadi disekitar kehidupan para pemimpin secara individu maupun dalam organisasi. Setiap pemimpin lebih senang mengamankan posisi empuknya, dari pada bekerjasama secara sinergis dengan semua individu dalam organisasi. Menang-kalah selalu menjadi tujuan dari sebuah kompetisi. Dan strategi politik menjadi alat penentu keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya. Hal ini akan mengorbankan banyak pihak dan peran dalam interaksi yang dilakukan.
       Dalam buku tentang “the 7 habits of highly effective people”, Stephen R. Covey menjelaskan bahwa sebagai seorang pemimpin yang efektif, masing-masing individu harus menciptakan sinergisme dalam berbagai interaksi yang dibangunnya. Kita tidak mungkin mencapai tujuan bersama, dengan melakukan persaingan. Dan tujuan individu tidak akan tercapai, apabila mengesampingkan peran dari individu lainnya. Luasnya jaringan dan tingginya semangat dalam membangun sinergisme adalah kekuatan untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan apakah sinergisme tersebut dibangun? Stephen R. Covey mengusulkan sebuah prinsip “berpikir Menang-Menang”, sebagai sebuah pendekatan yang tepat dalam membangun sinergisme dan menciptakan kedekatan individu dengan tujuannya masing-masing. Berpikir Menang-Menang dalam kebiasaan hidup yang efektif menurut Covey, dapat membangun interaksi yang baik antar individu pemimpin dengan orang lain disekitarnya. Hal ini akan membangun kepercayaan, sikap bertanggung jawab dan sinergisme. Berpikir Menang-Menang merupakan filosofi total manusia dalam membangun interaksi. Sebagai makluk sosial, interaksi merupakan sebuah kewajiban yang harus diterapkan. Dan dasar filosofi dalam menjalankan kewajiban tersebut adalah berpikir Menang-Menang.
       Berpikir Menang-Menang merupakan sebuah tindakan positif dalam interaksi yang ditunjukan oleh sang pemimpin, untuk mencapai tujuan inidvidu dengan memperhatikan tujuan bersama. Dengan berpikir Menang-Menang, tiap individu akan memiliki bentuk interaksi yang lebih optimal, dalam bekerjasama untuk saling mendukung dalam mencapai berbagai tujuan. Berpikir Menang-Menang merupakan sebuah tindakan rekonsiliasi, dengan tidak mengorbankan siapapun dan apapun. Dengan menerapkan prinsip ini dalam setiap interaksi, membuat tiap individu menjadi pemimpin yang memiliki tanggung jawab, integritas, dan berjalan dengan komitmen diri yang tidak pernah lepas dari tingginya aspek spiritualitas. Kesadaran diri sebagai makluk spiritual-lah yang membawa seseorang untuk mampu untuk tidak bersaing dalam mencapai sebuah tujuan. Rekonsiliasi yang dilakukan Nelson Mandela, dengan anti terhadap apartheid dan tidak membalas dendam terhadap musuh-musuhnya (dan musuh rakyatanya) pada saat memimpin di Afrika Selatan. Merupakan tindakan yang berdasarkan pada prinsip berpikir Menang-Menang, dan tindakan tersebut membawa masyarakat Afrika Selatan pada sebuah cita-cita ideal, dalam suasana kebersamaan. Mahatma Gandhi dengan anti kekerasan dalam memperjuangkan kebenaran, mengajarkan sebuah prinsip yang berasaskan berpikir Menang-Menang dalam sebuah perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu. Masih banyak lagi para pemimpin dunia yang berhasil menjalankan kepemimpinannya dengan spiritualitas tinggi, serta menerapkan cara berpikir menang-menang, sehingga mampu membangun sinergisme dalam mencapai sebuah tujuan.

Paradigma dalam Membangun Interaksi Untuk lebih memahamai kebiasaan berpikir menang-menang yang diajuhkan oleh Covey, maka kita juga perlu mengenal paradigma lainnya, yang sering digunakan tiap individu dalam melakukan interaksi. Paradigma ini terbangun berdasarkan pengalaman, tujuan, kenyamanan, tingkat kepuasan dan asumsi terhadap orang lain yang berada disekitarnya. Dengan paradigma yang tepat akan terbangun pola interaksi yang tepat, bagi pencapaian tujuan tertentu. Paradigma menjadi dasar bagi tiap individu untuk bertindak dan menjadikan tindakannya menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharinnya.
       Berdasarkan grafik yang mengukur tingkatan toleransi dan keberanian individu dalam membuka ruang interkasi dalam lingkungan sosial, terdapat empat paradima yang terbentuk dalam membangun interaksi. Apabila semakin tinggi keberanian dan toleransi seseorang, maka akan terbuka juga ruang interaksi yang tecipta, dengan mengedepankan sikap saling membangun. Sedangkan, bila semakin rendah tingkatan toleransi dan keberanian individu, maka akan menciptakan paradigma yang bertahan, dan bahkan memutuskan untuk menciptakan kegagalan bersama-sama dengan orang lain.


  • Menang – Kalah. Kondisi Menang-Kalah disebabkan oleh rendahnya pemahaman toleransi dalam diri individu, dan tingginya keberanian dalam menampilkan atau menonjolkan diri. Individu berusaha untuk menang dan mengalahkan orang lain. Ia akan berbuat apa saja, (secara legal maupun illegal) untuk menjamin kemenangan dirinya. Orang lain dan lingkungan dikorbankan, bahkan dianggap sebagai “tumbal” dari kemenangan yang diperolehnya. Cara pandang dan mentalitas seperti ini mengganggu kerjasama dan keharmonisan. Suasana kompetisi dan saling menjatuhkan sangat kental terasa dalam prinsip ini.
  • Kalah – Kalah. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya rasa toleransi dalam keberagaman, serta rendahnya keberanian untuk mengaktualisasi diri. Cara pandang individu adalah jika saya tidak menang, maka orang lain pun tidak boleh menang. Kegagalan saya harus juga dirasakan oleh orang lain. Ia tidak senang melihat orang lain berhasil. Keinginan membalas dendam terhadap orang lain, juga didasarkan pada paradigma ini. Kegagalannya dianggap sebagai akibat dari kemenangan orang lain, untuk itu ia harus membalaskan dendam, sehingga orang lain pun merasakan kegagalan yang ia rasakan.
  • Kalah - Menang. Kondisi ini diakibatkan karena tingginya rasa toleransi terhadap orang lain, dan rendahnya keberanian untuk mengaktualisasikan diri. Individu dalam kondisi ini, seperti tidak memiliki tujuan dan mimpi dalam hidupnya. Ia bersedia kalah untuk keberhasilan orang lain. Orang dengan karakter “pengekor” atau “pengikut” orang lain, dapat juga masuk dalam kondisi ini. Ia merasa kemenangan orang yang di”ekori” atau di”ikuti”, merupakan kemenangannya. Walaupun ia tidak berada dalam posisi puncak atau terdepan, itupun telah memuaskan dirinya. Keputusasaan dan terjebak dalam penkerdilan diri, membuat seseorang dapat tidak ingin menonjol diri dan menjadi pemenang, serta hanya mau hidup dalam bayang-bayang kemenangan orang lain. Cara pandang seperti ini, akan membuat hidupnya tidak dinamis dan monoton. Kebergantungan terhadap lingkungan diluar dirinya sangat tinggi.
  • Menang – Menang. Kondisi ideal ini disebabkan karena tingginya rasa toleransi terhadap lingkungan sekitar dan tingginya keberanian dalam mengaktualisasikan diri untuk mencapai tujuan bersama. Menang-Menang menciptakan suasana menang bersama. Saya dapat menang dan orang lain pun harus memperoleh kemenangan. Tidak ada suasana kompetisi dan bersaing dalam paradigma ini. Yang ada hanya sinergisme dan kerjasama yang kondusif dalam membangun cita-cita bersama. Paradigma ini mengarahkan setiap individu untuk saling berinteraksi dalam jaringan peran yang luas, dan saling berkontribusi secara aktif untuk menggapai kemenangan bersama.
Selain itu ada juga paradigma lainnya dalam membangun interaksi dengan orang lain, yakni :
  • Menang. Paradigma ini didasarkan pada mentalitas individu tertentu yang hanya ingin selalu menang. Individu ini tidak mengorbankan orang lain dalam kemenangannya, namun ia tidak peduli terhadap orang lain dalam upayanya memperoleh kemenangan. Orang-orang disekitarnya tidak dianggap sebagai pemberi kontribusi terhadap keberhasilannya, untuk itu upaya menuju kemenangan merupakan usaha sendiri, tanpa melibatkan orang lain. Pada saat orang lain membutuhkan bantuan dan dukungan, ia tidak peduli dan hanya terfokus pada keberhasilan dirinya.
  • Tidak ada transaksi. Salah satu kemungkinan yang terjadi dalam interaksi adalah tidak adanya transaksi. Masing-masing individu diam ditempat dan tidak mengupayakan tujuannya masing-masing. Apabila diharapkan terjadinya kesepakatan atau konsensus, maka tidak ada konsensus yang disepakati. Pada kondisi ini masing-masing individu tetap pada kedudukannya masing-masing, dan tidak saling berinteraksi untuk mengembangkan atau membangun diri.
Dari keseluruan paradigma dalam membangun interaksi diatas, maka Menang-Menang merupakan paradigma yang tepat dalam berbagai kondisi. Dengan berpikir Menang-Menang, maka ada kesadaran akan keberadaan lingkungan sekitar, dan kesadaran akan potensi diri dalam lingkungan tersebut. Dengan mendasarkan tindakan pada berpikir Menang-Menang, maka individu berinteraksi untuk memenangkan diri dan memenangkan lingkungan disekitarnya. Tidak ada yang kalah dan merasa dikorbankan. Yang ada adalah kebersamaan dan kerjasama dalam mewujudkan kemenangan bersama.

Cara Berpikir Menang-Menang Bagaimana agar seseorang dapat bertindak atas dasar berpikir Menang-Menang. Covey mengusulkan 4 langkah dalam penciptaan kebiasaan berpikir Menang-Menang :
  • Lihat masalah dari sudut pandang pihak lain (usahakan mengerti dan peduli pada orang lain). Seringkali kita berasumsi bahwa kita lebih memahami dan mengerti sebuah persoalan atau permasalahan. Hal ini akan membentuk mentalitas untuk selalu menang, dan menganggap orang lain tidak tahu dan dalam posisi kalah. Untuk itu, mulailah dengan mencoba melihat masalah dari sudut pandang orang lain. Asumsi dan subyektifitas pandangan pribadi harus dihindari. Usahakanlah untuk mencoba memahami dan menunjukan kepedulian terhadap orang lain.
  • Kenali persoalan dan keprihatinan dasar, bukan posisi orang-orang yang terlibat. Kenali permasalahan mendasar yang terjadi, dan jangan sampai terjebak pada posisi dari tiap individu yang terlibat. Teman, sahabat, tetangga atau siapapun dia, jangan terjebak pada posisi ini. Lihatlah masalah secara mendalam dan carilah akar masalah secara obyektif.
  • Tentukan hasil apa yang akan dapat menjadi solusi untuk diterima oleh semuanya. Ciptakanlah solusi yang dapat menjamin adanya kebersamaan dan diterima oleh semua orang. Solusi tidak harus berpihak, namun harus mampu menjadi problem solving yang menjawab kebutuhan mendasar dari tiap permasalahan. Mencari-cari kesalahan dan menyalahkan orang lain, merupakan sikap yang harus dihindari. Kesalahan harus dimaknai sebagai proses dari belajar, dan bukannya hukuman yang harus diberikan atau diterima. Dengan demikian, maka tidak ada yang merasa dirugikan, akan tetapi akan tercipta suasana belajar bersama-sama dari solusi yang diciptakan.
  • Kenali pilihan-pilihan baru sebagai alternatif, yang mungkin diambil untuk mencapai hasil-hasil tersebut. Carilah pilihan-pilihan ketiga yang mungkin saja berada didalam dua pilihan lainnya. Dengan berusaha mencari pilihan-pilihan yang baru, maka kita telah mencoba untuk berpikir diluar kotak masalah, dan tidak terjebak pada posisi tertentu. Semakin banyaknya pilihan yang tercipta, maka kesempatan untuk selalu Menang-Menang dapat tercipta untuk siapa saja.
Dua hal yang perlu dihindarkan dalam berpikir Menang-Menang adalah :
  • Kecenderungan untuk bersaing. Hindarkan diri dari perasaan untuk bersaing. Kompetisi dapat mengakibatkan kemenangan dipihak lain dan kekalahan pun terjadi dipihak lainnya. Untuk itu hindarkanlah cara berpikir untuk selalu mengalahkan dan mendahului orang lain.
  • Kecenderungan saling membanding-bandingkan. Membanding-bandingkan dapat menciptakan rasa minder dan dendam. Minder karena merasa berkekurangan dan dendam karena kegagalan yang dicapai. Setiap orang harus memahami bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang unik, dan memiliki potensi yang berbeda-beda. Untuk itu janganlah saling membandingkan dalam keperbedaan yang ada. 
Karakter Berpikir Menang-Menang Karakter merupakan dasar dari tindakan, dan dari karakter inilah tindakan akan dibanggun oleh tiap individu. Ada tiga karakter dasar yang mendasarin prinsip berpikir Menang-Menang, yaitu :
  • Integritas. Hal ini merupakan suatu nilai yang kita tempatkan pada diri kita sendiri, misalnya kejujuran, kebenaran, ketulusan, kesetiaan, cinta kasih dan lainnya. Nilai ini menyatu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Kemenyatuan diri dengan nilai inilah yang disebut dengan integritas. Seorang yang memiliki nilai kejujuran, tidak akan pernah mau mengorbankan dirinya untuk bertindak tidak jujur dan korupsi dalam berbagai keadaan. Individu yang menanamkan nilai kesetiaan, tidak pernah tidak setia dan selalu memiliki toleransi yang tinggi. Dan selanjutnya nilai lainnya juga disatukan dengan diri seseorang. Dengan memiliki integritas, maka individu menjalankan dirinya sendiri dalam setiap kondisi yang dilaluinya. Karakter integritas ini akan tampak dalam individu, saat ia mewujudkan tujuan bagi dirinya sendiri, maupun pada saat ia berinteraksi dengan orang disekitarnya. Nilai dalam integritas bersifat universal dan tidak akan mengganggu nilai yang juga dimiliki oleh orang lain.
  • Kematangan. Yang dimaksud dengan kematangan adalah terjadinya keseimbangan antara keberanian untuk bertindak dan pertimbangan yang mendasari tindakan. Individu yang matang adalah individu yang secara mandiri bertanggung jawab atas tindakannnya dan memiliki pertimbangan yang tepat dalam mengaplikasikan tindakannya. Dengan demikian, ia tidak hanya berani untuk melakukan sebuah tindakan, namun juga memiliki dasar pikir yang benar dan tepat dalam mengaplikasikan tindakan tersebut. Tidak ada dorongan atau kontribusi pihak lain yang mendasari tindakannya. Yang ada adalah kesadaran diri dan tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
  • Mentalitas kelimpahan. Mentalitas ini berdasarkan cara pandang bahwa ada tersedia banyak diluar sana untuk semua orang. Sumber daya yang ada sangat tidak terbatas, untuk itu tidak perlu saling bersaing untuk memiliki atau mendapatkan sesuatu. Ada banyak alternatif diluar sana yang mampu menjadi solusi bagi setiap persoalan. Orang dengan mentalitas kelimpahan, akan berusaha menolong orang lain, mau bekerjsama dengan orang lain dan siap untuk berbagi. Apabila ada yang masih terjebak dengan kompetisi dan keinginan untuk bersaing, maka ia masih terjebak dengan mentalitas kelangkaan. Mentalitas kelangkaan meyakini bahwa sumber daya yang ada terbatas, untuk itu harus diperebutkan. Orang seperti ini akan mempertahankan apa yang sudah didapatkannya, dan tidak ingin berbagi dengan orang lain. Dengan mentalitas kelimpahan, maka setiap individu akan saling berinteraksi dengan sinergis dan tidak saling menjatuhkan.

Berpikir Menang-Menang sebagai Totalitas Diri Berpikir Menang-Menang merupakan sebuah falsafah totalitas diri yang mengaitkan lima dimensi secara utuh. Dengan mengaitkan lima dimensi ini, maka akan tercipta sebuah keberhasilan dalam interaksi. Dimensi-dimensi tersebut antara lain :
  • Karakter. Ketiga karakter diatas (integritas, kematangan dan mentalitas kelimpahan) merupakan ciri dasar dari berpikir Menang-Menang. Karakter tersebut harus ditumbuh kembangkan, sehingga mampu menunjukan identitas individu dalam suasana kebersamaan.
  • Hubungan. Dari karakter tersebut akan terbangun sebuah hubungan Menang-Menang. Dalam membangun hubungan Menang-Menang, akan tercipta suasana saling mempercayai dan adanya pengendalian emosi dalam tiap individu. Dengan adanya kepercayaan maka akan terjadi keterbukaan dan sikap saling menghormati.
  • Kesepakatan. Dari hubungan mengalir pada kesepakatan berdasarkan prinsip Menang-Menang. Dalam kesepakatan yang berdasarkan prinsip Menang-Menang akan ada hal-hal yang diterima secara bersama-sama dan menjadi tanggung jawab bersama. 
  • Struktur dan sistem. Menang-Menang akan terus terwujud apabila ada sebuah struktur dan sistem yang mengakomodirnya. Apabila telah tercipta sebuah hubungan dan kesepakatan berdasarkan prinsip Menang-Menang, namun tidak didukung oleh sistem yang kondusif (seperti sistem yang berprinsip pada Menang-Kalah), maka hubungan dan kesepakatan tersebut tidak akan berlangsung lama. Struktur dan sistem menjamin adanya kelangsungan dari prinsip Menang-Menang. 
  • Proses. Agar prinsip Menang-Menang menjadi totalitas diri, maka setiap individu harus menyerahkan diri pada proses Menang-Menang, yang dapat tercipta melalui cara berpikir Menang-Menang, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Dengan terus mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan keseharian, maka Menang-Menang akan menjadi totalitas diri dan menyatu dengan nilai diri kita.

Hasil Akhir Berpikir Menang-Menang Selanjutnya, apakah yang didapatkan dengan berpikir Menang-Menang? Dengan menjalankan prinsip ini, maka tiap individu tidak hanya menjadi manusia yang hidup dengan ego-nya sendiri, namun juga memperhatikan tujuan hidup orang lain. Sinergisme, kerjasama, dan saling menghargai merupakan hasil akhir dari berpikir Menang-Menang. Adapun secara spesifik, prinsip ini dapat menghasilkan :
  • Adanya interaksi yang selalu saling membangun dan mendukung. Interaksi yang dibangun berdasarkan sikap toleransi yang tinggi terhadap keberagaman potensi dan peluang. Setiap orang akan saling mendukung dalam kelimpahan mereka, dan akan terjadi distribusi peran dari tiap kompetensi secara merata dalam mencapai tujuan antar individu.
  • Seluruh orang mengalami kesuksesan. Tidak ada lagi kesuksesan satu orang, namun semua orang menjadi makluk sukses yang harus dibanggakan. Kesuksesan satu orang menjadi kunci kesuksesan bagi orang lain juga. 
  • Tidak ada individu yang merasa dirugikan atau dikorbankan. Korban dan dampak negatif dari persaingan tidak lagi dirasakan. Setiap orang mampu mengelolah kompetensinya, sehingga berkembang dan tidak mematikan kompetensi orang lain.
Menang-Menang akan membawa kemenangan besar bagi semua orang. Dan kemenangan tersebut juga merupakan kemenangan bagi masing-masing individu dalam masyarakat.

Penutup Berpikir Menang-Menang merupakan sebuah dasar dalam membangun hubungan yang toleran dan berkelanjutan. Tanpa prinsip ini, maka akan tercipta suasana saling tidak mempercayai dan mencurigai. Dan suasana inilah yang akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan secara komunal maupun individu. Dengan melibatkan diri pada kebiasaan berpikir Menang-Menang, maka kesatuan antara seluruh makluk hidup akan tercipta, dan memungkinkan adanya sikap saling berkontribusi dalam menjaga kelangsungan kehidupan dimuka bumi.

Daftar Pustaka :
  • Covey, Stephen R. (1989) The Seven Habits of Highly Effective People, Simon and Schuster : New York
  • McGraw, Phillip C., (2004) Strategi-strategi Kehidupan (Life Strategies), Alihbahasa oleh Arvin Saputra, Interaksara : Batam

(Tulisan ini dibawakan oleh Ricky Arnold Nggili, sebagai materi dalam Pelatihan Menengah Kepemimpinan Mahasiswa (LMKM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), tanggal 21 Maret 2014, di Yonif 411 Salatiga-Jawa Tengah)

Link : menang-menang (berpikir & bertindak)
1 komentar

1 komentar