xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Indonesia merangkak menuju dewasa


Menjelang umurnya yang ke-70, Negara Kesatuan Republik Indonesia makin menunjukan kedewasaannya dalam mengamalkan identitas diri. Identitas diri yang menunjukan bahwa, Negara ini merupakan bangsa yang besar dan kaya akan keberagaman. Untuk itu dibutuhkan sebuah sikap yang berangkat dari cerminan identitas diri, yakni sikap saling menghargai dan toleransi. Kedua sikap ini exist, bukan karena adanya ancaman dan tantangan dari luar. Bukan karena ketakutan akan perpecahan dan adanya konflik Namun karena itulah kesejatian diri bangsa Indonesia. Kesejatian yang telah ada sejak nenek moyang bangsa ini ada.

   Mengapa ke-6 agama yang merupakan agama pendatang mendapatkan pengakuan di Indonesia lebih besar, dari agama-agama suku yang telah lama ada ditengah-tengah dimasyarakat? Karena toleransi yang begitu besar diajarkan oleh nenek moyang kita, sehingga agama-agama pendatang ini dapat tinggal dan menjadi religiusitas yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. TOLERANSI adalah sebuah kata yang memang telah menjadi identitas bangsa Indonesia. Identitas yang mampu memaknai arti keberagaman dan hidup dalam kedamaian.     
    Sikap tersebut mulai diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Pada perayaan hari-hari besar agama tertentu, para pemuda dari agama lainnya membantu dalam menjaga keamanan, untuk menjamin adanya kedamainan sang pemeluk agama dalam menjalankan ibadah. Pada peringatan hari raya Paskah tahun ini, pemuda Banser dan beberapa ormas membantu mengamankan ibadah Paskah dibeberapa tempat. Saat peringatan hari raya Idul Fitri tahun lalu dibeberapa tempat di wilayah timur Indonesia, para pemuda dari ormas Kristen membantu menjaga keamanan, sehingga terjadi sebuah kenyamanan dalam menjalankan kewajiban beribadah. Amal sikap warisan nenek moyang terus dimaknai dalam berbagai bentuk aktivitas untuk menjaga keberagaman. "Kita" tidak sama, tapi kita "Satu", itulah arti dari nilai identitas asali bangsa Indonesia.   
     Memang tidak mudah menunjukan kedewasaan dalam bertoleransi. Pada umur ke-50 (tepatnya 1998) merupakan masa akil balik bagi bangsa Indonesia. Pada tahun itu, terjadi banyak kekerasan terhadap golongan ras tertentu. Umur ke-50 bukanlah umur yang cukup membuat sebuah bangsa dewasa. Namun umur yang tepat untuk membuat bangsa ini kembali mengintorpeksi diri. Sehingga kembali pada identitas diri, dan tidak berdiri dibawah bayang-bayang diri yang lain. Setelah tahun 1998, Indonesia terus berupaya bersikap sebagaimana seharusnya orang Indonesia. Dan meninggalkan diri bayangannya dimasa lalu. Sekarang menjelang umurnya ke-70 tahun, Indonesia sedang terus belajar untuk menjadi diri sejatinya. Toleransi, rendah hati, ramah, bersikap terbuka dan saling menghormati, merupakan sikap-sikap cerminan identitas diri yang akan terus dipelajari dan diamalkan oleh masyarakat Indonesia. Hidup dalam kebersamaan pasti memiliki banyak perbedaan, dan dengan adanya perbedaan tersebutlah maka akan memunculkan persatuan.
     Itulah makna dibalik religiusitas nasionalisme Indonesia.
     Selamat menjadi orang Indonesia.
Posting Komentar

Posting Komentar