xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Kemerdekaan Diri Menuju Manusia Manajemen


Pendahuluan 
    Banyak orang ingin menjadi pemimpin, namun memiliki cara yang salah untuk meraihnya. Usaha politik struktural dalam piramida organisasi merupakan cara yang paling mudah untuk menempatkan diri menjadi seorang pemimpin. Diharapkan dengan menduduki puncak struktur organisasi dan memiliki banyak pengikut, maka sudah menempatkannya menjadi sosok pemimpin yang ideal serta harus dijadikan panutan. Padahal kalau dilihat secara kasat mata, para pemenang puncak struktural dalam menjalankan kepemimpinannya, lebih banyak menjadikan diri sebagai manajer ketimbang pemimpin. Ia lebih banyak memerintah ketimbang mengayomi. Lebih banyak minta dilayani ketimbang melayani. Minta dihormati daripada menunjukan keteladanan untuk dihormati. Dan masih banyak sifat lainnya, yang menempatkan sang pemimpin sebagai seseorang yang memiliki kepribadian, dikarenakan pengaruh yang datang dari luar dirinya. Dengan menempatkan faktor eksternal sebagai kekuatannya sebagai pemimpin, maka praktek-praktek usaha untuk menjadikan seseorang pemimpin, tidak lepas dari politik kotor seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
    Dengan melihat kondisi diatas, maka pemimpin membutuhkan kepemimpinan. Dan hal ini didapatkan dari aspek internal seseorang. Kepemipinan merupakan otoritas dalam diri seseorang, yang dibentuk secara sengaja dan tidak sengaja dalam proses pembelajaran sang pemimpin. Karakter inilah yang akan membentuk seseorang dalam kondisi dan posisi struktur apapun, akan terus menampakan dirinya sebagai pemimpin. Pemimpin tidak terlepas dari apa yang terjadi didalam dirinya. Faktor internal menjadi faktor penentu bagi diri seseorang untuk bergaul, beraktivitas dan bahkan mempengaruhi orang lain.

Pemimpin
     Pemimpin adalah sosok mahkluk hidup yang memiliki kekuatan internal untuk mempengaruhi aspek-aspek eksternal disekitarnya. Kekuatan ini lahir dari karakter spiritual yang positif dan memiiliki kekuatan menggerakan yang sangat tinggi. Seorang Soekarno bukanlah siapa-siapa, sebelum ia mampu mempengaruhi seluruh masyarakat Indonesia dengan kemampuan berpidatonya. Mother Theresa bukanlah siapa-siapa, sebelum ia mampu untuk mendorong dirinya untuk mau melakukan sesuatu yang berarti bagi masyarakat miskin di Calcuta India. Che Guavara bukanlah siapa-siapa, sebelum ia mau mendorong dirinya untuk memperjuangkan revolusioner di Kuba. Dan masih banyak lagi contoh dari para pemimpin dunia, yang sebelumnya mereka tidak dikenal, namun menjadi terkenal karena dorongan internal diri untuk melakukan pembaharuan di lingkungan eksternal.
    Untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan dua skill dalam diri sang pemimpin. Skill yang pertama adalah kemampuan untuk membangkitkan dan mengendalikan potensi internal, yakni personal victory. Dan skill yang kedua adalah kemampuan untuk melakukan fungsi manajerial. Pada kemampuan yang pertama, sang pemimpin harus berani keluar dari zona nyaman menuju pada zona perubahan. Apa yang harus dirubah? Melakukan perubahan dari dalam diri yang belum merdeka, menjadi diri yang benar-benar merdeka. Melakukan perubahan diri yang sebelumnya ikut arus dan dikendalikan oleh orang lain, menjadi diri yang menciptkan arusnya sendiri dan memegang kendali atas diri sendiri. Memang tidak mudah untuk mengembangkan skill ini, namun hanya dengan berusaha memerdekakan dirilah, seseseorang dapat memerdekakan orang lain. Selanjutnya skill sebagai seorang manajer. Kemampuan yang perlu diasah, adalah berkaitan dengan kemampuan untuk menyusun segala bentuk aktivitas secara sistematis, terukur dan menuju pada sebuah tujuan ideal. Kemampuan ini lebih banyak diperdalam oleh para pemimpin struktural. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga dibutuhkan oleh siapa saja yang memiliki tujuan, dan sang pemimpin pasti memiliki tujuan. Dengan menguasai kedua skill ini, seseorang dapat menciptakan dunianya sendiri dan menjadi leader dalam dunianya. Ia akan selalu dan terus menciptakan perubahan, serta terus membentuk calon pemimpin-pemimpin baru yang akan meneruskan dunia baru yang telah dibentuknya.

Kemerdekaan Diri
    Kemerdekaan diri tercapai saat seseorang telah mampu menguasai dirinya sendiri. Sebuah negara tidak akan merdeka jika ia tidak menguasai seluruh wilayah yang dikuasainya. Hal tersebut juga prinsip utama dalam kemerdekaan diri. Bagaimana harus merdeka dalam diri? Atau merdeka secara id dan ego? Dengan kata yang sederhana, kemerdekaan dalam diri akan tampak pada saat anda telah memegang kendali atas diri anda sendiri. Banyak orang lebih terjerumus untuk mengikuti trend, gaya komunikasi dan gaya dalam pergaulan. Ia tidak bisa untuk menjadi pencipta atau pembentuk trend, namun masuk dalam pusarannya. Pada saat lagi trend ponsel blackberry, ia berupaya membeli, memiliki dan menunjukannya kepada orang lain. Pada saat lagi heboh sebuah tindakan kemanusiaan, ia akan berupaya melakukan sebuah tindakan kemanusiaan, mengabadikannya dalam bentuk foto, dan mempublikasikannya lewat media sosial agar diketahui oleh banyak orang. Saat lagi trend colour marathon event, ia akan larut dalam kumpulan masa tersebut dan mengabadikannya. Perubahan trend dari waktu ke waktu diikutinya tanpa memahami tujuan dan maknanya. Sosok seperti ini mudah dikendalikan oleh kondisi eksternal. Ia belum merdeka, apalagi mampu untuk memegang kendali dirinya sendiri.
    Seseorang yang telah menguasai dirinya sendiri, memahahami bahwa ia memiliki kekuatan internal yang besar, dan memiliki kekuatan pengaruh yang besar juga. Aspek-aspek SQ (kecerdasan spiritual), EQ (kecerdasan emosional), dan IQ (kecerdasan intelektual) merupakan aspek-aspek yang berada dalam internal seseorang dan dapat diolah. Kesadaran diri bahwa dalam tubuh manusia yang terbatas ini, terdapat ketiga aspek ini merupakan sumber yang tidak terbatas. SQ merupakan kemampuan manusia untuk menelisik visi jangka panjang dan tujuan-tujuan jangka pendek. Aspek ini juga berhubungan dengan hal-hal internal seperti motivasi diri, membangun komitmen, menginspirasi dan menghubungkan diri dengan sumber tidak terbatas diluar diri, seperti Tuhan. Dengan memiliki SQ, seseorang dapat melakukan sesuatu melampaui keterbatasan fisik manusianya. Berikutnya aspek EQ, yang berhubungan dengan emosional dalam diri. Kecerdasan ini membentuk diri seorang pemimpin untuk mampu berelasi dengan orang, dengan tidak menjadi orang lain, namun menjadi diri sendiri. Dengan menyadari bahwa anda memiliki EQ, maka anda membangun karakter anda sendiri pada saat berhadapan dengan orang lain. Emosi merupakan aspek internal yang tampak pada saat anda berhubungan dengan orang lain. Pengelolahan emosi yang baik, akan menempatkan anda sebagai seorang pemimpin yang memiliki kekuatan pengaruh luar biasa. Penempatan emosi yang baik, menempatkan Mahatma Gandhi mampu berkomunikasi dengan siapa saja, tanpa harus berpura-pura atau menyembunyikan sesuatu. Orang disekitar anda akan memahami diri anda yang sebenarnya dengan pengelolahan emosi yang baik. EQ berhubungan dengan luapan kebahagiaan, cinta, dan ekspresi lainnya yang berasal dari dalam diri internal. Dengan berpura-pura meluapkan aspek ini, akan membuat orang disekiitar anda tidak mengenal siapa diri anda yang sesungguhnya. Ada yang mengatakan bahwa, EQ berhubungan dengan aktivitas yang positif saja, seperti memberikan ekspresi kebahagiaan, keceriaan, dan lainnya. Menurut saya EQ berhubungan dengan kondisi internal seseorang. Dan kondisi ini berhubungan dengan visi hidup, tujuan jangka pendek dan makna keterpanggilannya sebagai seorang pemimpin. EQ dalam diri seorang pemimpin berhubungan dengan kemampuan untuk mengelolah emosi dalam menjalani diri sebagai pemimpin, dan bukan berpura-pura untuk menyenangkan orang-orang yang dipimpinnya. Selanjutnya kesadaran diri bahwa setiap manusia memiliki IQ yang luar biasa. Seorang manusia tidak akan hidup pada satu masa, namum ia akan hidup dalam berbagai masa. Hal ini mencirikan bahwa, kita memiliki kecerdasan intelektualitas yang luar biasa. Banyak peneliti otak di dunia, mengambil kesimpulan bahwa otak manusia bekerja secara luar biasa dan tidak dapat diprediksi. Kinerja otak seorang manusia normal dapat menyimpan data yang jumlahnya sebanyak jumlah bintang dalam gugusan galaksi bima sakti. Kinerja otak berhubungan dengan hasil pembelajaran yang didapatkan oleh indera manusia. Seseorang yang sulit belajar membaca waktu kecil, bisa menjadi seorang ilmuwan besar saat sudah besar. Seseorang yang mendapatkan nilai jelek atau “jongkok” waktu kuliah, seringkali menjadi pemimpn yang sukses ditengah-tengah masyarakat, setelah berkuliah. Hal ini menunjukan bahwa IQ dalam bekerja tidak dapat dibatasi. Untuk itu dengan kemampuan seperti ini, maka seorang pemimpin harus sadar bahwa potensi kepemimpinannya luar biasa dan perlu untuk dibangkitkan. Seorang raksasa sedang tidur, dan sudah saatnya ia bangun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar. Bagaimana membangunkan raksasa ini? Dengan cara menyadari diri, memahaminya dan berusaha untuk membangkitkannya. Setelah sadar bahwa setiap orang memiliki potensi yang luar biasa, maka langkah selanjutnya adalah berupaya untuk memahami bahwa kesadaran tersebut tidak ada dalam mimpi atau film-film di televisi. Namun kesadaran tersebut merupakan realitas yang ada dalam diri seseorang. Lingkungan sekitar dan pengalaman orang-orang terkenal telah menunjukan bahwa realitas itu ada dalam diri setiap orang. Untuk itu pahamilah diri anda dan potensi dalam diri anda. Setelah itu bangkitlah dan mulailah menjadi seorang pemimpin.
    Setelah memahami diri dan potensinya, maka selanjutnya menurut Stephen R. Covey, seorang pemimpin harus memiliki tiga hal yang akan memerdekakannya. Pertama, memiliki visi, dalam bahasanya Covey adalah memulai dari apa yang terakhir dalam pikiran anda. Untuk apakah anda hidup? Atau bila dibalik, apabila anda sudah meninggal suatu saat nanti, apakah yang ada harapkan orang-orang bicarakan tentang anda? Apakah anda ingin orang mengenang tentang anda yang biasa-biasa saja ataukah ingin dikenang sebagai orang yang luar biasa? Hal-hal inilah yang mengarahkan anda untuk memahami visi hidup anda. Dengan memiliki visi hidup, seorang pemimpin akan bergerak dengan arah yang jelas. Visi merupakan pedoman dan sumber cahaya dari setiap aktivitas sang pemimpin. Visi menjadi kompas dan penentu arah seorang pemimpin untuk berlayar dalam ruang kepemimpinannya. Visi adalah makna keterpanggilannya didunia. Setiap orang ingin menciptakan perubahan, setiap orang ingin menjadi sukses dan menjadi bermakna. Disinilah visi itu dibuat dan menjadi arah dari sang pemimpin. Kedua, proaktif yakni mengaktifkan tombol internal dalam diri anda. Kesadaran diri dan keingin untuk bangkit tadi diaktifkan. Sehingga saat anda berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Anda akan hidup dengan diri anda dan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Hak-hak untuk menangis, marah, bahagia, ceria dan lainnya tidak dikendalikan oleh kondisi eksternal, namun dikendalikan oleh faktor internal. Anda tidak hidup dalam kepura-puraan sesuai dengan kondisi diluar diri, namun menunjukan karakteristik diri anda. Ketiga, kemampuan menentukan prioritas, yang bekaitan dengan usaha-usaha untuk mewujudkan diri anda sebagai pemimpin. Aktivitas-aktivitas strategis yang menjadi pilihan anda untuk menjalani kehidupan. Anda akan meninggalkan aktivitas-aktivitas usang tanpa makna, dan kembali memilah-milah segala bentuk aktivitas yang mendukung kehadiran anda dengan tujuan yang jelas. Aktivitas ini memang membutuhkan seni dalam memilah. Karena seperti seorang pelukis, ia akan memilih bentuk lukisan, warna dan ketebalan kuasnya secara sendiri untuk menentukan maksud dan tujuan lukisan itu. Ia akan memberikan goresan sesuai keinginannya, karena ada tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga seorang pemimpin akan memilah-milah aktivitas pilihan sebagai bagian dari usaha pencapaian visi dan tujuan dari kepemimpinannya.
    Dengan memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memerdekakan diri, seseorang telah menjadikan dirinya pemimpin. Mahkluk trend akan berubah menjadi creator. Ia akan menjadi diri sendiri secara bertanggung jawab dan lepas dari kungkungan penjara dunia yang pennuh dengan kehendak.

Manusia manajemen
     Kemampuan lain yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kemampuan manajerial. Jika kepemimpinan berkaitan dengan faktor internal, maka manajerial berhubungan dengan kemampuan seseorang mengelolah faktor eksternal. Manajerial berkembang pesat pada masa modern. Banyak orang yang beranggapan bahwa manajerial tidak membutuhkan tiga kecerdasan manusia (SQ, EQ & IQ). Anggapan tersebut salah, karena sebagai seorang manajer yang sukses anda harus mampu menghubungkan ketiga aspek tersebut dalam mengendalikan lingkungan disekitar anda. Tanpa SQ anda tidak memiliki visi, tanpa EQ anda tidak memiliki kekuatan pengaruh, dan tanpa IQ anda tidak mampu bertindak secara sistematis. Ketiga aspek tersebut sangat dibutuhkan dan merupakan faktior kunci dalam menjadi manusia manajemen.
    Bagaimana anda dapat menerapkan manajemen dalam sebuah organisasi agar berhasil? Pertama yang perlu anda lakukan adalah melakukan analisis SWOT. Analisis ini lebih unggul dari alat analisis lainnya, karena lebih menyeluruh dalam mengidentifikasi lingkungan sekitar. SWOT menempatkan 2 lingkungan analisis, yakni lingkungan internal dan ekternal. Lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan dari dalam organisasi. Dan lingkungan ekternal yang meliputi peluang dan ancaman dari luar organisasi. Yang dimaksud dengan kekuatan internal organisasi adalah segala potensi yang ada dalam organisasi dan ini dapat menjadi sumber kekuatan. Potensi tersebut dapat berupa peralatan fisik, teknologi, aturan organisasi, budaya kerja, motivasi kerja, dukungan stakeholders dan lainnya yang berasal dari dalam organisasi, serta mendukung keberlangsungan organisasi. Selanjutnya faktor kelemahan internal adalah faktor-faktor yang dapat menghambat keberlangsungan organisasi dari dalam. Faktor-faktor tersebut seperti hilangnya integritas dan komitmen stakeholders, kurangnya dukungan infrastruktur, kurangnya modal keuangan dan lainnya. Analisa berikutnya berhubungan dengan peluang ekternal, yakni peluang dari luar organisasi, yang berasal dari lingkungan sekitar, yang mampu untuk mendukung organisasi untuk menuju pada pencapaian visi dan tujuan-tujuan jangka pendeknya. Peluang-peluang tersebut seperti adanya kepercayaan terhadap lingkungan, meningkatnya kebutuhan, dan lainnya yang jika dilihat mampu memberikan organisasi ruang untuk mengembangkan diri dan potensinya, sehingga terus berkembang. Dan terakhir adalah analisis faktor ancaman eksternal. Faktor ini merupakan ancaman dari luar oganisasi, seperti banyaknya musuh, kehilangan kepercayaan orang, kurangnya kebutuhan dan faktor lainnya yang mengarah pada ancaman terbuka dalam menghambat pertumbuhan organisasi. Dengan memahami faktor-faktor internal dan ekternal, maka pemimpin dapat merumuskan strategi-strategi yang tepat untuk menghadapi berbagai bentuk perkembangan disekitar organisasinya. Strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk menekan kelemahan dan ancaman, strategi untuk memanfaatkan peluang dan bahkan merumuskan strategi yang dalam kondisi kritis, pada saat kelemahan serta ancaman begitu tingggi.Dengan proses identifikasi yang tepat, akan membantu seseorang dalam melakukan analisisi dan merumuskan strategi yang tepat.
    Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Threats) tidak hanya dapat diterapkan di organisasi, namun juga bagi pengembangan diri seseorang. Seorang pemimpin dapat melakukan analisis terhadap faktor internal dan ekternal dirinya, sehingga mampu untuk merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan diri. Akan tetapi harus berhati-hati penerapannya dalam mengidentifikasi diri. Karena hal ini lebih optimal bagi orang-orang yang sudah terbiasa terbuka dan tidak minder. Bagi yang belum terbiasa, akan lebih mudah untuk menemukan kekurangan dan atau kelebihan dirinya sebagai kelemahan dan kekuatan, dan tidak mampu mengidentifikasi faktor lainnya. Sehingga menyebabkan kesalahan dalam perumusan strategi. Dengan analisa yang tepat, seseorang dapat mengembangkan diri kearah yang sesuai dengan potensi dan visi dirinya.
    Setelah melakukan analisis, maka selanjutnya adalah menjalankan prinsip manajerial, yakni POAC. Prinsip ini diperkenal oleh George R. Terry. Ia menggambarkan garis manajemen dengan aktivitas sederhana, yakni Planning (perencanaan), Organizing(Pengorganisasian), Actuacting (pelaksanaan), dan Controlling (pengawasan). Dalam perencanaan, seseorang harus memperhatikan strategi-strategi yang dibuatnya, berdasarkan hasil analisa, sebagai bagian dari perencanaan. Penyusunan perencanaan harus meliputi prinsip terukur. Bahwa harus memiliki ukuran keberhasilan yang jelas dari sebuah perencanaan. Prinsip spesifik, yakni benar-benar detail dan meliputi aspek-aspek disekitar organisasi. Dan prinsip tepat waktu, yakni harus ada batasan waktu yang ditetapkan sebagai bagian dari rencana implementasi perencanaan tersebut. Perencanaan yang tepat adalah harus mendukung tujuan strategis dari sebuah organisasi. Aktivitas kedua adalah pengorganisasian. Aktivitas ini memiliki tujuan agar perencanaan dapat berlangsung dengan sistematis, spesifik dan terukur. Dalam menerapkan aktivitas ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah pertama, menentukan tujuan dari setiap aktivitas; kedua, menentukan prosedural pendelegasian tugas dan kewenangan; ketiga, mendistribusikan kewenangan dan tanggung jawab secara jelas kepada orang-orang yang akan melaksanakan berbagai macam aktivitas. Dalam pengorganisasian perlu diperjelas tiap kewenangan, cara kerja dan hubungan antar individu dalam organisasi. Aktivitas ketiga adalah pelaksanaan (actuacting). Aktivitas ini berkaitan dengan kemampuan melaksanakan sebuah aktivitas sesuai dengan perencanaan dan pengorganisasian. Dalam melakukan aktivitas ini, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan seperti: pengambilan komunikasi, berkomunikasi, memberikan motivasi dan inspirasi, kemampuan memilih orang-orang secara tepat dan kemampuan melakukan pendelegasian secara tepat. Actuating merupakan kunci dalam menjamin keberhasilan manajemen, namun hal ini tidak terlepas dari aspek manajerial lainnya. Actuating tidak dapat terwujud secara optimal, jika melepaskan diri dari perencanaan dan pengorganisasian. Aktivitas yang terakhir adalah pengawasan. Pengawasan adalah aktivitas memperhatikan dan menyimak secara sistematis agar dapat berlangsung sesuai perencanaan. Pengawasan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Dapat juga melakukan pengawasan terhadap proses struktural maupun pengawasan terhadap budaya kerja. Dengan penentuan pola pengawasan yang tepat, akan menghasilkan aktivitas yang mengarah pada tujuan, keberhasilan pencapaian aktivitas perencanaan dan sebuah evaluasi yang membangun organisasi pada masa selanjutnya. Pengawasan dalam aktivitas manajemen menjadi rambu-rambu lalulintas yang harus dilakuka, agar tidak terjadi kecelakaan fatal dalam implementasi kepemimpinan dalam organisasi.
    Prinsip manajemen ini dapat diterapkan dalam pengembangan diri seorang pemimpin. Individu dapat melakukan aktivitas perencanaan, pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan, sehingga akan tercipta individu yang mandiri, disiplin dan bertanggung jawab. POAC akan membantu seseorang mengembangkan kepemimpinannya dengan menggunakan prinsip manajemen. Banyak pemimpin yang lahir dari sistem ini menjadi pemimpin yang berintegritas, disiplin dan tegas.

Penutup
    Menjadi pemimpin bukanlah menjalani hal-hal yang ada dalam diri anda, akan tetapi menjalani hal-hal yang ada dalam diri anda. Memang tidak mudah untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri, akan tetapi hal itu perlu diperjuangkan untuk mendapatkan hal-hal besar diluar diri anda. Bangkitkan pengaruh besar yang ada dalam diri anda, maka hal tersebut akan juga mempengaruhi lingkungan disekitar anda. Jadilah pemimpin yang bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungan sekitar. 




Referensi
  • Covey, Stephen R. (1997). The Seven Habits of Highly Effective People, alih bahasa oleh Budijanto. Bina Rupa Aksara : Jakarta
  • George R. Terry (2000). Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). PT. Bumi Aksara: Bandung
  • Sri Wiludjeng S.P, (2007). Pengantar Manajemen, Graha Ilmu: Yogyakarta.


(Materi disusun dan disampaikan oleh Ricky Arnold Nggili, S.Si-teol.,MM dalam LDKM Fakultas Psikologi tanggal 24-25 Oktober 2015 di UKSW Salatiga)


Link :

Posting Komentar

Posting Komentar