xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Menang-Menang (Berpikir, Bertindak & Mengambil Solusi)

Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari berpikir, bertindak dan menciptakan solusi menang-menang merupakan suatu harapan yang ideal. Agar tercipta suatu suasana yang kondusif untuk dinikmati oleh sekelompok manusia, maka toleransi dan rasa saling menghormati dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap orang dituntut secara ideal untuk dapat hidup bahu membahu dan saling memperhatikan kehidupan orang lain. Sehingga tercipta sebuah suasana yang harmonis, penuh tenggang rasa dan saling membangun antar masyarakat.
   Suatu tindakan menang-menang tidak muncul begitu saja, pada saat ada permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi, sikap ini hadir awal dalam konsep berpikir dan bertindak. Dengan demikian pencaharian solusi yang tepat, terhadap suatu masalah, hanyalah sebuah tindakan yang lahir dari sebuah kebiasaan berpikir serta bertindak menang-menang. Kebijaksanaan seorang pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat, tidak hadir sebagai topeng pada saat ada masalah. Akan tetapi, kebijaksanaan tersebut hadir dari sebuah latar belakang pemikiran dan kebiasaan tindakan untuk bersinergi.
   Menang-menang melihat kehidupan sebagai sebuah bentuk kerjasama, bukan arena kompetisi. Kebanyakan orang cenderung berpikir dalam hal dikotomi, yakni: kuat atau lemah, dan menang atau kalah. Tapi pemikiran seperti itu secara mendasar merupakan sebuah kecacatan, karena didasarkan pada kekuasaan dan posisi tertentu, daripada prinsip hidup dan integritas diri. Kompetisi akan berakhir pada kekalahan orang lain, sedangkan kerjasama akan berakhir pada pengembangan diri tiap individu secara positif.
   Menurut Stephen Covey dalam bukunya The 7 habits of highly effective people yang terbit tahun 1989, kebiasaan bertindak menang-menang diawali dengan kebiasaan berpikir menang-menang. Setiap orang yang terbiasa membangun konsep menang-menang, akan selalu dipastikan mampu juga untuk bertindak menang-menang. Karena menurut Covey, kebiasaan (habits) hanya akan dapat tercipta, apabila ada persinggungan antara pengetahuan, kemampuan dan keinginan. Ketiga hal tersebut dimulai dari dalam pemikiran seseorang. Apabila pengetahuan, kemampuan dan keinginan seseorang sudah terbiasa untuk memikirkan kemenangan dirinya dan kemenangan orang-orang disekitar dirinya, maka ia akan selalu menjadi win-win thinker, win-win actor, dan win-win solution maker.

Berpikir Menang-menang
Berpikir Menang-Menang bukanlah hal tentang menjadi lebih baik, juga bukan teknik untuk cepat memperbaiki sesuatu. Akan tetapi hal ini merupakan sebuah aksi berbasis karakter untuk manusia dalam beinteraksi dengan manusia lainnya, serta berkolaborasi. Sebagian besar dari tiap individu belajar untuk mempertahankan dan menjaga harga diri sebagai ego, lewat tindakan saling membandingkan dan bersaing. 
   Menang-menang melihat kehidupan sebagai arena untuk saling bekerjasama. Menang-menang adalah kerangka pikiran dan perasaan yang terus-menerus mencari keuntungan bersama dalam semua bentuk interaksi manusia. Menang-menang berarti perjanjian atau solusi yang saling menguntungkan dan memuaskan. 
   Seseorang yang selalu berpikir menang-menang memiliki tiga karakter penting dalam dirinya, yakni:
  • Integritas, yang merupakan diri sejati seseorang. Yang termasuk dalam integritas adalah nilai-nilai sejati dalam diri dan komitmen.
  • Kematangan, yang merupakan kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai ide-ide dan orang lain disekitar, dengan keberanian untuk mengekspresikan atau mengeksekusi ide-ide dari pertimbangan tersebut. 
  • Mentalitas kelimpahan, yakni kepercayaan dan keyakinan diri bahwa ada banyak sumber daya disekitar dan jumlahnya tidak terbatas. Untuk itu janganlah berpikir bahwa ada kelangkaan sumber daya, yang menyebabkan terjadinya kompetisi.
Dengan ketiga karater tersebut, seseorang akan dimampukan untuk selalu berpikir menang-menang, dan menjauhkan diri dari pemikiran untuk saling berkompetisi.

Bertindak Menang-Menang
Menurut Sigmun Freud, model struktur jiwa manusia terdiri dari tiga bagian, yakni id, ego, dan super ego. Id merupakan himpunan insting yang tidak terkoordinasi dan lahir bersama dengan kehadiran sang individu di muka bumi ini. Bentuk dari id menjadikan manusia memiliki kemampuan survival dalam menjaga koordinasi secara sistemik kebutuhan mendasar dirinya sebagai seorang manusia, misalnya keinginan makan saat lapar, menangis saat takut, teriak saat kaget dan lainnya. Ego adalah bagian yang terorganisir secara realistis menjadi batasan diri seseorang. Ego dapat tercipta, karena adanya stimulus dari luar, yang merupakan hasil pembelajaran, dan berakhir pada hal-hal yang diinginkan, diharapkan dan dikehendaki seseorang. Ego membentuk setiap manusia memiliki karakter yang berbeda, berdasarkan keinginan batasan yang dimilikinya. Selanjutnya, super ego adalah aspek dalam diri yang menampung semua standar internalisasi moral, cita-cita dan etika, yang mana diperoleh dari orang tua, masyarakat dan lingkungan sekitar. Ketiga struktur dari jiwa tersebutlah yang melatar belakangi tindakan seseorang.
   Dalam bertindak menang-menang, individu berupaya untuk memperoleh kebahagiaan bagi dirinya dan bagi lingkungan disekitar dirinya. Walaupun persepsi tentang kebahagiaan tiap orang berbeda-beda, namun sang individu berupaya agar semua orang disekelilingnya memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya (kebahagiaan yang adil berdasarkan keinginan tiap individu, dan bukan kebahagiaan yang sama rata). Untuk itu dalam memberikan tindakan menang-menang sang individu, harus memperhatikan id, ego dan super ego orang disekitarnya. Ia tidak bertindak atas dasar penilaian egoisme diri sendiri. Setiap orang harus juga memperhatikan kemenangan diri orang lain. dengan tindakan seperti ini, akan melahirkan sebuah masyarakat yang beadab, harmonis dan berkelanjutan. 
Seorang yang bertindak menang-menang harus memperhatikan :
  • Dalam bertindak harus memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai aspek secara holistik. Sebuah tindakan akan bernilai apabila juga mempertimbangkan keuntungan, pemberadayaan diri dan kebahagiaan orang lain.
  • Dalam bertindak harus melihat juga aspek lainnya selain manusia. Seluruh ciptaan yang ada di alam semesta ini, merupakan jejaring kesuksesan manusia. Untuk itu dalam bertindak, jangan sampai merugikan makluk hidup dan lingkungan sekitar.
  • Bertanggung jawab dan berintegritas. Sang individu harus tidak lari dari setiap tindakannya, namun berdiri tegap untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya. Selain itu tindakan juga haruslah merupakan cerminan dari diri otentiknya.
  • Harus mampu membangun hubungan yang harmonis dalam jangka panjang dengan orang lain dan lingkungan.
  • Harus menjadikan diri sebagai pelayan bagi diri sendiri dan alam semesta. Hal ini akan memudahkan seseorang dalam mengimplementasikan tindakan menang-menang.

Solusi Menang-Menang
Dalam menyelesaikan suatu masalah atau melakukan negosiasi terhadap sebuah kondisi, maka prinsip menang-menang dapat dijadikan sebagai hasil akhir yang positif dan konstruktif. Negosiasi untuk menyelesaikan sebuah masalah memiliki tiga tujuan, yakni : 1) Memperoleh kesepakatan antara kedua belah pihak atau lebih; 2) Memberikan solusi yang baik bagi kedua belah pihak atau lebih yang sedang bertikai; 3) Memperoleh keuntungan bagi pihak-pihak yang bertikai. Dengan menerapkan prinsip menang-menang dalam memberikan solusi, maka ketiga tujuan tersebut dapat terwujud.
   Untuk mencapai tujuan diatas, maka dalam mencari solusi menang-menang ada bebebarapa hal yang perlu diperhatikan :
  • Berpikir kritis dan komprehensif. Sang individu sebagai solution maker haruslah berupaya untuk tidak melihat masalah dari satu sudut pandang, namun dari berbagai perpektif. Dengan kekritisan dan kemenyeluruan pandangan, akan mengarahkan pada solusi yang dapat diterima bersama oleh semua pihak.
  • Orang yang mencari solusi menang-menang haruslah sabar dan tidak tergesa-gesa. Kebijaksanaan akan muncul pada orang yang tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, namun terus membuka diri terhadap berbagai kemungkinan alternative solusi.
  • Mampu beradaptasi dengan masalah dan pihak-pihak yang bermasalah. Dengan masuk kedalam realitas masalah, akan memudahkan seseorang untuk memahami duduk perkara dan serta merta membantunya menemukan solusi yang tepat.
  • Fokus pada tujuan. Seorang yang berprinsip pada menang-menang akan tetap terfokus pada tujuan penyelesaian masalah. Ia tidak memunculkan ambiguitas dan atau menciptakan tujuan lain, namun tetap pada satu tujuan bersama agar masalah terselesaikan.
  • Memiliki keterbukaan. Dengan keterbukaan, akan mendapatkan berbagai masukan yang konstruktif sebagai upaya menyelesaikan sebuah masalah. Ketertutupan dan sikap egois seseorang, akan menyebabkan kebuntuan dalam penyelesaian sebuah masalah. 

Penutup
Mengembangkan kebiasaan berpikir, bertindak dan mencari solusi menang-menang bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap orang haruslah mengenal diri dan berupaya untuk mengembangkan dirinya secara perlahan-lahan. Dari sebuah prinsip yang dipaksakan, menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan. Berpikir menang-menang mampu menempatkan seseorang sebagai pemimpin yang ideal dalam interaksi ditengah-tengah masyarakat banyak. Untuk itu mulailah mencoba untuk berpikir, bertindak dan mencari solusi dengan prinsip menang-menang. 


Daftar Pustaka :

  • Covey, Steven R. 1989, Seven Habits of Highly Effective People: Powerful Lessons in Personal Change, New York : Simon and Schuster
  • Bertenz, K. 2006, Psikoanalisis Sigmund Freud, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  • Freud, Sigmund. 2006, Pengantar umum psikoanalisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

(Materi disusun dan dibawakan oleh Ricky Arnold Nggili, S.Si-teol.,MM, dalam Pelatihan Menengah Kepemimpinan Mahasiswa di Kampoeng PERCIK Salatiga, tanggal 17 November 2016, pukul 16.00 - 18.00 WIB)


1 komentar

1 komentar