xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Sinergisme dalam kepemimpinan



Pendahuluan
 

Pluralitas merupakan sebuah realitas sumber daya, yang sekaligus merupakan tantangan. Pluralitas merupakan sebuah kondisi yang memiliki potensi besar untuk terjadinya gesekan sosial, ketimbang sumber daya untuk optimalisasi kinerja. Dalam kehidupan sehari-hari pluralitas dimaknai sebagai kesatuan ekosistem yang harus dijaga, untuk membantu sistem dilingkungan tetap dinamis. Alam akan menjadi sebuah kondisi yang optimal dalam bekerja, apabila setiap sub-sub sistem dari alam bekerja sesuai dengan keberagaman perannya. Disisi lain, hukum alam menuntut individu yang kuat akan berupaya menguasai yang lemah. Hal ini dapat menyebabkan mayoritas berupaya untuk menguasai ekosistem secara menyeluruh dan membuatnya menjadi satu warna. Tanpa memperhatikan hilangnya beberapa sub-sub dalam sistem yang berputar. Hal ini menunjukan bahwa keberagaman disatu sisi dapat menjadi kekuatan bagi sistem, namun di sisi yang lain dapat menjadi kompetisi sub-sub sistem.
    Hal inilah yang diperhatikan oleh Stephen R. Covey dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People” (1997). Dalam kebiasaan yang ke-6 untuk meningkatkan hidup lebih efektif, Covey menempatkan sinergisme sebagai kekuatan untuk mengelolah orang lain. Pluralitas bukanlah sebuah tantangan yang harus dihindari, namun merupakan sebuah peluang yang harus dikelola. Dengan melatih diri untuk bersikap sinergi terhadap orang lain, kelompok dan masyarakat. Maka seorang pemimpin dilatih untuk memberdayakan diri dan memberdayakan orang lain. Pluralitas merupakan bahan dasar dari prinsip sinergisme. Sinergisme merupakan roh dan jiwa dari kerja sama tim, yang mana didalamnya mengelolah keberagaman. Dalam sinergisme bagian-bagian dari pluralitas dikelola menjadi sebuah hubungan yang optimal untuk mencapai sebuah tujuan.

Sinergi
Sinergi memaknai bahwa keseluruan merupakan hal yang inti dari pada jumlah dari tiap-tiap bagian. Dalam sinergi, setiap bagian-bagian atau sub-sub bagian memiliki perannya masing-masing, dan didalamnya merupakan bagian dari dirinya sendiri dan bagian kelompok besar (yang terdiri dari sub-sub bagian). Untuk itu tidak ada satu bagian pun yang memiliki peran lebih besar dari pada bagian lainnya. Namun keseluruan bagian berkontribusi terhadapa tujuan seluruhnya. Kata Sinergi berasal dari bahasa Yunani yaitu Synergos yang berarti bekerja bersama/ working together. Dalam Kamus American Websters Dictionary, istilah Synergy didefinisikan sebagai “cooperative interaction among group especially among the acquired subsidiary or merged parts of a corporation that creates an enhanced combined effect”, yang mengandung arti hanya dengan interaksi yang kooperatif maka hasil maksimal dapat dicapai. Menurut Doctoroff (1977), persyaratan utama bagi suatu sistem sinergi yang ideal adalah kepercayaan, komunikasi yang efektif, umpan balik yang cepat, dan kreativitas.
    Sedangkan dalam pelaksanaan optimalisasi sinergi terdapat prinsip dasar, yakni: Koordinasi, Integrasi, dan Sinkronisasi. Sinergi didefinisikan oleh Iversen (1997) dalam "Concept of Synergy toward a Clarification", sebagai proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan perusahaan atau pemerintahan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Sinergi dimaknai juga sebagai bentuk dari sinkronisasi energi. Energi yang dimiliki tiap-tiap bagian disatukan menjadi satu tujuan, dan bekerja berdasarkan perannya masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari kinerja tiap penopang dari “rumah panggung.” Besar dan kecilnya penopang tidak dimaknai sebagai besar dan kecilnya peran, namun dimaknasi sebagai kesatuan peran dalam mendirikan “rumah panggung.” Dengan demikian sinergi dimaknai juga sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai yang berbeda. Dan jalan untuk menciptakan sebuah kondisi sinergi membutuhkan kreatifitas, dan inovasi dalam bekerja sama.
    Dalam kehidupan organisasi, sinergi dimaknai sebagai aktivitas bersama-sama melakukan suatu pekerjaan akan lebih baik, ketimbang melakukannya sendiri-sendiri. Kerjasama yang kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan memberikan keuntungan bersama adalah makna dari sinergi sesungguhnya. Pemimpin haruslah mampu untuk mengarahkan seluruh bagian dalam organisasi untuk bekerjasama dan mengeluarkan roh sinergi dalam aktivitas kerjasama tersebut.

Prinsip dalam sinergi

Adapun untuk mengoptimalkan kerjasama sehingga menciptakan roh sinergi, maka perlu diperhatikan beberapa prinsip utama, yakni :

  • Mengembangkan jiwa semangat “Tim kita”. Yang dimaksud dalam prinsip ini adalah setiap orang dalam bekerjasama, janganlah saling berkompetisi yang berujung pada perpecahan. Akan tetapi dua orang atau lebih dituntut untuk dapat bekerjasama secara optimal untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik bagi keuntungan bersama. Dalam organisasi, setiap orang harus dipicu dan diberi stimulus intelektualitasnya, sehingga mereka mau memberikan kontribusi positif bagi organisasi. Dengan memberikan intelektualitas yang positif secara bersama-sama, maka akan memudahkan organisasi untuk mencapai sebuah tujuan. 
  • Memahami dan menghargai keunikan. Dalam bekerjasama kita harus mengetahui dan memahami keunikan masing-masing individu dalam organisasi kita. Keunikan dan keberagaman diciptakan oleh Sang Pencipta agar mampu melindungi dunia ini dari kepunahan. Dengan keunikan dan keberagaman, maka setiap individu memberikan kontribusi berdasarkan perannya masing-masing. Untuk itu dengan menyadari hal ini, maka kita diharapkan juga menerima keunikan yang dimiliki orang lain, sebagai anugerah Sang Pencipta. Dengan hal ini, maka akan memberikan perbedaan dapat memperkaya dan mengoptimalkan kinerja bersama. 
  • Menghargai dan menghormati perbedaan. Perbedaan dalam pluralitas sering dianggap sebagai masalah oleh manusia. Keinginan untuk menguasai yang lain, membuat banyak orang tidak menghargai perbedaan. Untuk itu untuk memunculkan sinergi, maka prinsip ini sangat penting. Tiap individu perlu memaknai bahwa perbedaan akan lebih mudah untuk dimanfaatkan, apabila penghargaan dan penghormatan terhadap orang lain terjadi. Dengan menghargai dan menghormati akan memunculkan sikap mau bekerjasama dan terbuka untuk mengoptimalkan intelektualitas yang dimiliki. 
  • Sinergi dimaknai untuk pertumbuhan pribadi dan organisasi. Roh sinergi haruslah pertama terjadi didalam pikiran individu. Hal ini tidak dapat dipaksakan, apabila diri sendiri tidak mau memunculkan sikap sinergi. Setelah pribadi bersinergi dan tampak roh energy itu keluar, maka selanjutnya ia akan mengundang individu diluarnya untuk juga memunculkan energi-energi baru untuk berinteraksi. Dengan demikian akan memunculkan respon-respon gagasan, ide dan kreatifitas dalam berinteraksi. Sinergi akan memunculkan kreativitas dan inovasi dalam bekerjasama. Tingkat kesadaran ini adalah hasil dari kerjasama dua atau lebih pikiran yang mampu bekerja melampaui pikiran satu orang.
Dengan menjalankan prinsip ini untuk menimbulkan sikap sinergi, maka tiap masalah akan dengan mudah terselesaikan. Tiap orang akan bekerjasama untuk mencapai sebuah tujuan, yang mana didalamnya tujuan dari masing-masing individu juga tercapai. Dengan demikian hal ini akan memberdayakan semua orang dalam organisasi. Dengan tidak menjalankan prinsip ini, maka akan terjadi dis-sinergy, yang mana berarti tiap individu akan saling menguras energi untuk berkompetisi dan akan mengarahkan mereka pada kegagalan individu dan kegagalan bersama.

Sistem pendukung sinergi
Dalam membentuk sikap sinergi membutuhkan sistem untuk mendukungnya. Sinergi bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan, akan tetapi harus hadir dari kesadaran tiap individu. Sistem yang mendukung sinergi akan membantu setiap individu untuk terus mampu bekerjasama, walaupun berbagai masalah dan tantangan terjadi. Adapun unsur-unsur yang diperlukan untuk membangun sistem pendukung sinergi adalah :

  • Sikap menang-menang. Setiap orang haruslah berpegang pada sikap menang-menang. Tidak diperbolehkan adanya kompetisi yang menyebabkan keruntuhan. Namun yang terjadi adalah penerimaan dan upaya optimal untuk menang secara bersama.
  • Berusaha untuk mengerti orang lain terlebih dahulu. Dengan memahami orang lain terlebih dahulu, maka individu membuka diri terhadap individu lainnya. Setelah ia membuka diri, maka akan terjadi kerjasama yang jujur, transparan, partisipatif dan saling menstimulus intelektualitas masing-masing.
  • Penghargaan atas keunikan diri sendiri dan orang lain. Sebelum menghargai keunikan orang lain, maka perlu juga menyadari keunikan yang dimiliki sendiri. Rasa minder dan tidak mengenal diri akan menghalangi seseorang dalam memahami keunikannya. Untuk itu berusahalah menghargai keunikan yang dimiliki sendiri. Jika hal ini sudah terjadi, maka keunikan orang lain akan lebih dihargai dan terbentuk kerjasama yang lebih optimal.
  • Kepercayaan pada kemampuan bersama untuk menemukan alternatif ketiga. Setiap individu harus dimampukan untuk bekerjasama demi tujuan bersama. Dengan begini maka inteletualitas tiap individu akan lebih dipacu untuk saling merangsang dalam menemukan berbagai alternative baru yang lebih inovatif.
Dengan membangun sistem ini, maka sinegri akan terwujud dalam bentuk :
  • Kerjasama yang optimal
  • Rasa saling percaya
  • Rasa saling menerima
  • Pembagian tugas yang jelas
  • Adanya keterbukaan sehingga kemampuan akan lebih spesifik dikenal
  • Adanya sikap rendah hati

Hal yang perlu dihindari agar tidak terjadi dis-sinergy
Adapun energi selain perlu dijaga oleh sistem pendukung diatas, perlu juga memperhatikan hal-hal lain yang perlu dihindari. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan sikap sinergi hilang dan lenyap dari kerjasama tim. Adapun hal-hal yang perlu dihindari tersebut adalah :

  • Jauhi stereotype. Stereotip telah banyak merusak kehidupan manusia. Persaingan, perkelahian bahkan peperangan terjadi karena stereotipe. Pandangan stereotipe adalah paradigma yang membatasi kita, terlampau disederhanakan, dan kebanyakan keliru. Tetapi pandangan stereotipe sulit dilepaskan, karena seluruh kebudayaan kita menerimanya, sehingga tampak seolah-olah mengandung kebenaran. Pandangan-pandangan stereotipe dapat menghalangi kita menghargai perbedaan, yang pada gilirannya akan menggagalkan kita menimba manfaat dari perbedaan itu. Dengan demikian kita perlu berhati-hati terhadap pandangan stereotype, karena membatasi pandangan kita. Pandangan stereotipe dapat menghambat perkembangan kita.
  • Hati-hati dengan saling kritik. Sering orang berpendapat bahwa kritik itu penting, terutama kritik yang membangun. Pendapat ini benar, namun tidak benar sepenuhnya. Kritik yang bisa membangun itu sangat tergantung pada “tingkat kedewasaan” si penerima kritik. Apabila orang yang dikritik cukup dewasa menerima kritik, maka kritik akan sangat bermanfaat. Namun kalau diamati, dalam kebanyakan kasus, kritik justru menciptakan luka-luka bathin, bahkan sering konflik laten maupun terbuka. Kritik dapat menjadi penyebab rusaknya kebersamaan, dan sering tanpa sadar berpotensi merangsang saling mendendam.

Sinergi dalam organisasi

Sinergi dapat tercipta dalam organisasi dan serta merta meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Untuk terwujudnya sinergi dalam organisasi, maka ada tujuh ciri yang perlu diperhatikan agar kelompok benar-benar efektif, yakni:

  • Kesatuan tujuan. Semua anggota dalam kelompok memahami dengan jelas apa yang menjadi tujuan kelompok. Oleh karena itu, dalam menetapkan tujuan kelompok, maka sebaiknya semua anggota kelompok dilibatkan atau diikutsertakan. Semua anggota kelompok harus memahami dengan jelas apa yang menjadi tujuan kelompok, dan semua anggota kelompok menerima tujuan tersebut serta memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkannya.
  • Kejelasan Peran dan Tanggung Jawab. Kalau semua anggota kelompok telah mengetahui dengan jelas apa (what) yang menjadi tujuan kelompok, maka pertanyaan selanjutnya adalah siapa (who) mengerjakan apa dalam kerangka pencapaian tujuan kelompok. Setiap anggota dalam kelompok harus jelas fungsi, peran dan tanggung jawabnya. Ketidakjelasan peran dan tanggung jawab bisa menimbulkan kebingungan dan keresahan dalam kelompok yang akhirnya menimbulkan konflik, karena dapat terjadi bahwa ada orang yang terlalu banyak diberi peran, sementara yang lain kurang.
  • Kejelasan Prosedur dan Proses Kerja. Kalau ciri pertama, menjelaskan tentang apa yang akan dicapai (goals), dan ciri kedua tentang siapa yang melakukan (roles), maka ciri ketiga adalah bagaimana (how) anggota-anggota dalam kelompok bekerja bersama dalam kerangka pencapaian tujuan.
  • Interpersonal Relationship (Hubungan Antar Pribadi). Di dalam kelompok akan terjadi interaksi/hubungan antar anggota. Interaksi ini haruslah terjadi dalam semangat saling percaya, saling mendukung, dan saling menghargai.
  • Pendayagunaan Potensi Anggota. Kelompok kerja akan efektif apabila potensi-potensi yang dimiliki oleh anggota (seperti pengetahuan, keterampilan dan pengalaman), dimanfaatkan dan digunakan semaksimal mungkin dalam kerangka pencapaian tujuan bersama.
  • Kerjasama Yang Kreatif. Untuk mewujudkan sinergi, maka kebersamaan dan kerjasama yang sinerji dalam kelompok perlu ditumbuhkembangkan dan dipelihara. Ini penting untuk menghasilkan prestasi kelompok dan bukan prestasi individu.
  • Kepemimpinan dalam Kelompok. Kelompok kerja yang efektif membutuhkan kepemimpinan yang tidak terpusat pada satu orang saja, melainkan suatu kepemimpinan yang terbagi (share leadership). Ini berarti seluruh anggota dalam kelompok mempunyai fungsi, peran dan tanggung jawab dalam kerangka pencapaian tujuan kelompok. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok diberi peluang untuk tumbuh dan berkembang melalui pengalaman bersama dalam kelompok.
Selanjutnya untuk mengefektifkan kelompok kerja dalam organisasi, maka harus memperhatikan tiga hal, yakni :
  • Pengambilan Keputusan. Bagaimana suatu keputusan diambil dalam kelompok, bagaimana melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan, dan siapa yang bertanggungjawab atas pelaksanaan keputusan.
  • Komunikasi. Apa yang perlu dikomunikasikan, kepada siapa, seberapa banyak, dan dengan cara apa (bagaimana cara mengkomunikasikannya).
  • Pertemuan/Rapat Kelompok Kerja. Seberapa banyak diadakan pertemuan kelompok, apa yang akan dibicarakan dalam pertemuan, siapa yang bertanggungjawab mengorganisasikan pertemuan, berapa lama, dan siapa saja yang diundang.

Penutup
Sinergi merupakan sikap yang harus dibangun oleh pemimpin dalam bekerjasama dengan orang lain. dalam organisasi yang baik, sinergi merupakan kekuatan utama dalam menggerakan laju organisasi menuju pada pencapaian bersama. Dengan bersinergi, seseorang tidak saja mendapatkan rekan kerja, namun juga mendapatkan sahabat dan keluarga. Karena sinergi mampu merekatkan tiap perbedaan dalam keberagaman kondisi dan situasi.

Daftar Pustaka 
  • Covey, Stephen R. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People. 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif. Alih bahasa Budijanto. Jakarta : Binarupa Aksara. 
  • D’Souza, Anthony. (2007). Proactive Visionary Leadership. Jakarta : PT. Trisewu Nagawarsa 
  • Doctoroff, Michael. (1977) Synergistic Management. New York :  AMACOM Press. 
  • Iversen, M. (1997). Concept of Synergy–toward a clarification. Departement of Industrial Economics and strategy, Copenhagen Business School.

(Materi disusun & dibawakan oleh Ricky Arnold Nggili, S.Si-teol., M.M, dalam Pelatihan Menengah Kepemimpinan Mahasiswa UKSW, dengan tema “Pelayanan yang berintegritas dan bertanggung jawab dalam konteks Satya Wacana”, di Kampoeng Percik, tanggal 23 Februari 2017 pukul 16.00-18.00 WIB)
Posting Komentar

Posting Komentar