Pendahuluan
Pengembangan metodologi pendidikan merupayan upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kata “metodologi” berasal dari Bahasa Yunani, yakni “meta” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan, dan “logos” yang berarti ilmu. Dengan metodologi merupakan suatu ilmu tentang langkah-langkah yang harus ditempuh atau dijalani untuk mencapai tujuan tertentu. Dan dalam dunia pendidikan, metodologi merupakan ilmu untuk mengatur langkah-langkah atau cara-cara dalam mencapai tujuan pendidikan. Metodologi dalam dunia pendidikan memperhatikan berbagai aspek, yakni tujuan yang ingin dituju, naradidik yang akan dibentuk, kompetensi pendidik dan proses yang akan dilalui dalam pembelajaran. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, maka tujuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan akan tercapai.
GMKI sebagai organisasi kader juga memiliki tujuan pendidikan yang terpola dalam kurikulum PDSPK (Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader) GMKI. Adapun tujuan pendidikan kader di GMKI adalah untuk membentuk kader yang mampu melaksanakan nilai-nilai Kristen, membentuk kader untuk mampu menerapkan kehidupan yang bertanggung jawab dan membentuk kader untuk mampu menguasai serta mengembangkan ilmu dan ketrampilan. Tujuan tersebut merupakan tujuan ideal yang berupaya dibentuk oleh GMKI dari masa ke masa. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, metodologi yang diterapkan GMKI dalam melakukan pengembangan pendidikan adalah pendekatan andragogi-partisipatif. Pendekatan ini adalah tepat, karena kader-kader GMKI merupakan individu-individu yang telah dewasa dan telah memiliki banyak pengetahuan dasar sebelum mereka masuk ber-GMKI. Andragogi akan menempatkan setiap orang di GMKI sebagai subyek belajar, yang memiliki pengetahuan dan pemahaman. Selain itu juga integralistik, yakni segala aspek dan jenjang menampakkan saling keterkaitan dan terintegrasi sebagai satu kesatuan yang utuh dalam proses pendidikan. Hal inilah yang menjadi tantangan dalam pengelolahan pendidikan kader, agar lebih menguasai metode yang digunakan.
Selain dari memperhatikan pendekatan diatas, dalam melakukan pengembangan pendidikan kader, GMKI juga harus memperhatikan keberadaan input kader yang akan diproses dalam di GMKI. Kader GMKI saat ini merupakan individu-individu yang berada dalam lingkup ruang dan waktu milennial. Generasi milenial memiliki kebebasan dan keterbukaan dalam bersikap serta menentukan kehendak mereka. Hal ini didasari oleh keterbukaan informasi yang diperolehnya saat ini. Generasi milenial tidak merasa susah dalam belajar dan memperoleh pengetahuan,. Dikarenakan kebiasaan berselancar di dunia maya, membuat ia dapat mengetahui segala sesuatu tanpa harus melalui sebuah proses pendidikan. Seorang anak dapat menguasai segala peta bumi, tanpa berkuliah di program studi geografi, seorang pembelajar web design dapat dengan mudah belajar hal yang diiginkannya tanpa masuk dalam progdi Teknik Informasi, seorang pemuda dapat mengajukan yudisial review tanpa harus menjadi ahli hukum. Kemudahan informasi di era ini membuat setiap orang dapat belajar apa saja, dan dimana saja. Itulah keunggulan dari generasi milenial. Karakteristik yang terbentuk pada generasi millenial adalah kecanduan internet, percaya diri dan harga diri tinggi dan lebih terbuka dan bertoleransi terhadap perubahan.
Dengan demikian bagaimanakah bentuk pengembangan metodologi pendidikan dalam kurikulum PDSPK GMKI? Dengan memperhatikan aspek-aspek diatas, maka kita dapat melakukan sebuah pengembangan yang sesuai dengan konteks saat ini, dengan tidak meninggalkan tujuan ideal dari GMKI. Dalam pembahasan berikut akan dibahas tentang pengembangan metodologi yang mungkin dapat diterapkan oleh GMKI.
Pengembangan Pendidikan
Pengembangan pendidikan adalah usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dari anggota organisasi. Untuk itu hal ini lebih menekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan di masa yang akan datang. Banyak orang beranggapan bahwa pengembangan dan pelatihan adalah sama, hal ini adalah salah besar. Karena pengembangan merupakan proses yang berkelanjutan untuk masa depan, sedangkan pelatihan untuk masa yang pendek. Kesalahan pemahaman tersbeut sering berakhir pada kesalahan dalam pemilihan metode yang tepat dalam penerapan PDSPK. Pengembangan pendidikan tidak selalu diterapkan dalam bentuk pelatihan, namun pelatihan dapat menjadi salah satu metode dalam pengembangan pendidikan. Hal inilah yang membuat pengembangan pendidikan lebih tinggi sifatnya dari pelatihan itu sendiri.
Adapun hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pendidikan adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek ini merupakan hal yang penting dan utama dalam pengembangan SDM. Setiap manusia harus dengan sengaja untuk direkayasa untuk memiliki pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap, hingga mampu untuk menganalisis dan menciptakan sesuatu yang baru untuk menunjang kehidupan manusia lainnya. Dan hanya dengan pendekatan inilah, maka pola dan strategi pendidikan akan terintegrasi menciptakan manusia yang seutuhnya.
Proses pengembangan pendidikan GMKI dapat mengikuti pola ini:
- Analisis kebutuhan yakni melakukan analisa terhadap kebutuhan organisasi berkaitan dengan visi-misi, tujuan, serta kompetensi dari anggota organisasi, perubahan-perubahan yang terjadi dan lainnya. Selain itu juga analisis terhadap kebutuhan tanggung jawab kader masa sekarang dan masa di akan datang.
- Setelah itu merumuskan tujuan dari pengembangan, diikuti dengan tujuan-tujuan spesifik dalam tiap tahap pengembangan.
- Berikutnya merumuskan metode yang tepat (efesien dan efektif) yang akan digunakan dalam pengembangan pendidikan kader. Ada berbagai bentuk metode yang efektif dan efesien sesuai dengan kebutuhan, seperti pelatihan, life in, diskusi, PA, ret reat, on the job training, mentoring, studi kasus, role play, socratic discussion, dan lainnya
- Lakukalah evaluasi proses dan evaluasi hasil dalam setiap tahap pengembangan. Hal ini akan membantu dalam melakukan evaluasi keberhasilan dari kurikulum pengembangan pendidikan kader.
Selanjutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan pengembangan pendidikan sering mengalami kegagalan :
- Banyak orang beranggapan bahwa semua masalah yang ada dalam organisasi dapat diselesaikan dalam bentuk pelatihan.
- Ketiadaan motivasi dalam pengembangan pendidikan. Pengembangan yang dilakukan selalu bersifat pengulangan program dan kegiatan, tanpa memperhatikan keberadaan peserta serta kebelanjutan pendidikan kader.
- Selalu beranggapan bahwa semua orang sama dan memiliki kompetensi yang sama, sehingga tidak ada pre test atau mengenali kompetensi awal peserta.
- Tidak ada evaluasi terhadap ketercapaian metode dan kualitas yang dicapai dengan metode tersebut.
- Sangat sedikit yang memperhatikan keberlanjutan dari output pelatihan.
Strategi Formal, Informal & Non Formal
Dalam pengembangan pendidikan dalam kurikulum PDSPK GMKI harus juga menyentuh strategi pendidikan formal, informal dan non formal. Ke tiga strategi ini merupakan bagian dari integralistik konten, metode dan tujuan dari pendidikan dalam kurikulum PDSPK. Dengan memperhatikan strategi ini, GMKI menjadi pendidikan bersifat complementary yang berkompeten, bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan kualitas kurikulumnya. Strategi ini mengintegrasikan kemauan belajar kader-kader GMKI dengan aktivitas organisasi serta visi organisasi. GMKI merupakan organisasi yang memiliki visi untuk mewujudkan perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih. Dan hal tersebut harus tercermin dalam karakteristik kader-kader GMKI. Untuk itu dengan memperhatikan ke tiga strategi tersebut, maka GMKI berhasil mengintegrasikan keseluruan aktivitas organisasinya.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, sistematis dan bertingkat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang jelas. Lembaga pendidikan formal yang kita kenal adalah “Sekolah.” GMKI haruslah menjadi sekolah bagi kader-kadernya. Sebagai sekolah GMKI harus membuat program-program pendidikan kader yang sistematis dan teratur serta memperhatikan tingkat capaian yang ingin diraihnya (koginitif, afektif, psikomotorik). Program-program ini diimplementasikan secara baik dalam suatu proses didalam metode tertentu. Adapun metode yang sering digunakan dalam pendidikan formal adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab (brain storming). Pelaksanaan dari metode ini membutuhkan dana (karena membutuhkan ruang kelas dan media pembelajaran seperti buku, alat tulis dan lainnya), waktu (karena ada waktu pembelajaran dan waktu untuk tes hasil belajar) dan sumber daya (karena membutuhkan orang yang berkompeten dalam materi tertentu. GMKI dapat mengimplementasikan pendidikan formal dengan berbagai bentuk metode, seperti ceramah, diskusi, outbound, ret reat dan lainnya. Semuanya itu merupakan metode untuk tujuan yang sistematis.
Selanjutnya pendidikan non formal adalah jalur pendidikan yang berbentuk belajar secara mandiri. Pendidikan informal merupakan proses sepanjang hayat dimana seseorang memperoleh dan menghimpun pengetahuan, keterampilan, sikap dan pandangan dari pengalaman dan terpaan lingkungan di rumah, tempat kerja, tempat bermain, dari contoh perilaku dan sikap-sikap keluarga dan teman, dari perjalanan. Pendidikan informal lebih tepat belajar/ pembelajaran bukan pendidikan, karena dalam proses belajar informal tidak ada lembaga pendidikan, tidak ada instruktur/ guru yang memiliki otoritas secara institusional, dan tidak ada kurikulum yag diresepkan. Livingstone (2001) mendefinisikan pendidikan informal adalah setiap aktifitas yang melibatkan pursuit pemahaman, pengetahuan, atau kecakapan yang terjadi diluar kurikulum lembaga yang disediakan oleh program pendidikan, kursus atau lokakarya. Hal mendasar dari pendidikan informal (tujuan, isi, cara dan proses pemerolehan, waktu, evaluasi hasil dan aplikasi) ditentukan oleh individu dan kelompok yang memilih terlibat didalamnya, tanpa kehadiran seorang instruktur yang memiliki otoritas secara melembaga. Selanjutnya pendidikan yang mungkin terjadi dalam keluarga, yaitu: 1) pendidikan iman, 2) pendidikan moral, 3) pendidikan fisik, 4) pendidikan intelektual, 5) pendidikan psikis, 6) pendidikan sosial, dan 7) pendidikan seksual. Ciri pendidikan informal adalah diselenggarakan di luar program pendidikan formal, tidak ada waktu belajar, metode mengajar tidak formal, dan evaluasi tidak sistematis. Dengan demikian pendidikan informal yang dapat diterapkan dalam implementasi kurikulum PDSPK GMKI yakni menyatukan tujuan implementasi PDSPK dengan program dan kegiatan GMKI. Kegiatan-kegiatan seperti PA, diskusi bulanan, diskusi tematik, rapat panitia, ibadah dan lainnya merupakan strategi implementasi informal kurikulum PDSPK GMKI. Dengan kegiatan informal ini, maka akan terbentuk pendidikan karakter kader-kader yang bercirikan GMKI.
Berikutnya pendidikan non-formal yang memiliki kemiripan dengan informal. Pendidikan non-formal yakni pendidikan yang melengkapi pendidikan formal. Adapun ciri dari pendidikan non-formal adalah proses pengembangan pengetahuan pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal maupun informal. Fungsi dari pendekatan ini adalah pengembangan sikap dan karakter. Adapun bentuk pendidikan non formal, yakni: 1) Belajar sendiri yang dapat dilakukan oleh setiap orang dimana saja, 2) Belajar dalam kelompok yang bisa dilakukan kapan saja, 3) Belajar melalui kursus-kursus, 4) Belajar melalui magang. Ada berbagai bentuk metode pendidikan non-formal, seperti forum debat, diskusi film, melukis, penelitian dan lainnya. Di GMKI dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan pendidikan non-formal seperti diskusi bersama senior, kelompok bakat minat, diksusi santai atau diskusi malam, diskusi warung kopi dan lainnya. Dengan menerapkan pendidikan non-formal sebagai pelengkap dari pendidikan formal, maka kader-kader GMKI dilatih secara komprehensif tentang karakteristik profil kader GMKI.
GMKI harus menjadi sebuah sekolah kader yang terintegrasi. Terintegrasi antara pendidikan formal, informal dan non-formal. Dengan mengintegrasikan ke empat hal tersebut, maka GMKI telah mampu melihat secara komprehensif strategi pengembangan kurikulum PDSPK GMKI. Tantangan GMKI ke depan yang menyongong ruang dan waktu yang bergerak sangat cepat. Untuk itu pendidikan PDSPK tidak hanya dapat diimplementasikan lewat jalur formal, namun juga jalur lainnya. Ketua bidang pengkaderan dan sekretaris fungsional pengkaderan harus mampu untuk menurunkan tujuan dari tiap kompetensi kader dalam profil kader ke dalam bentuk-bentuk metode yang tepat sehingga tujuan dari pengkaderan GMKI dapat berhasil.
Penutup
GMKI Merupakan organisasi kader yang napas hidupnya adalah terus melakukan proses pengkaderan, guna memproduksi kade-kader GMKI yang bertanggung jawab. Dengan demikian, proses pengkaderan bukanlah hal yang harus dihindari, namun merupakan sebuah proses yang harus diterapkan secara bertanggung jawab. Memikirkan tentang pengembangan pendidikan kuriukulum PDSPK GMKI kedepan, adalah upaya untuk melihat kader-kader GMKI di masa depan, dengan tidak meninggalkan karakteristik kader GMKI dimasa lalu dan saat ini. Biarlah sekolah kader GMKI menjadi bagian dari penyatuan keutuhan ciptaan, sekaligus penyatuhan keutuhan kompetensi kader-kader GMKI. Ut Omnes Unum Sint
Daftar Pustaka
- Asmani. 2012. Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan. Yogyakarta : Diva Press.
- Bonwell, C.C., & J. A. Eison. 1991. Active Learning: Creating Ex-Citement in the Classroom. ASHEERIC Higher Education Report No. 1, George Washington University, Washington, DC.
- Coombs, P. 1984. Memerangi Kemiskinan di Pedesaan melalui Pendidikan Non-formal. Terjemahan H. Ahmed Manzoor. Jakarta : CV Rajawali
- Gardiner, E., & Musto, R. G. 2015. The Digital Humanities: A Primer for Students and Scholars. New York: Cambridge University Press.
- Hasibuan, Malayu. S.P. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Haji Masagung
- Livingstone, D.W. 2001. Adults’ Informal Learning: Definition, Findings, Gaps, and Future Research. NALL Working Paper #21. Human Resources Development Canada.
- Nggili, Ricky Arnold. 2015. Belajar Any Where. Jakarta : Guepedia
(Materi ini disusun
dan diberikan oleh Ricky Arnold Nggili, sebagai materi dalam Study Meeting Kegiatan Evaluasi PDSPK
GMKI 2006, Hari Jumat, tanggal 10 Agustus 2018, pukul 14.00-16.00 wib, di Aula Yayasan Bina Darma Salatiga)
Posting Komentar