xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Menulis Opini

















Menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan gagasan ke orang lain. Gagasan yang berada didalam ide setiap manusia merupakan produk intelektualitas manusia. Apabila gagasan tersebut tidak dilogiskan dalam bentuk tulisan, maka gagasan tersebut akan terkurung didalam otak manusia, dan hanya menjadi milik si pemikir. Dengan menyampaikan gagasan lewat penalaran yang benar, maka ide tersebut akan menjadi milik lingkungan sosial, dan akan memberikan dampak pada para pembaca.
    Dalam menulis ada proses membentuk berbagai fakta yang ditangkap oleh indera untuk menjadi sistematis. Proses membentuk tersebut membutuhkan keteraturan dan keselarasan dalam menyusun berbagai sumber, sebagai kekuatan untuk mendukung asumsi dan tujuan si penulis. Dengan demikian menulis bukan saja sebuah proses mengarang yang bersifat fiksi, namun merupakan konstruksi data-data non fiksi untuk mendukung kesimpulan yang diharapkan si penulis. Dalam penulisan artikel opini, tujuan yang diharapkan adalah penyampaian data-data ilmiah dengan bahasa populis, agar pembaca memahami gagasan dari penulis dan bahkan terpengaruh dengan gagasan tersebut.
   Penulis opini yang baik adalah penulis yang tekun dalam mengumpulkan informasi, lewat membaca dan memahami realitas, serta mampu menerapkan kecakapan gramatikal dalam berlogika. Membaca banyak buku terkait gagasan yang akan ditulis, membantu seorang penulis untuk menguasai kosakata dan konsep yang akan digunakan. Selain itu dengan internalisasi pemahaman terhadap realitas, akan membantu penulis untuk menyajikan keterkaitan berbagai fakta dengan tepat dalam tulisannya. Sedangkan gramatikal merupakan penguasaan penulis dalam menggunakan struktur bahasa secara tepat dan efektif dalam menulis opini.
    Penulisan artikel opini agak mirip dengan mirip dengan penulisan ilmiah. Karena dalam tulisan opini memuat gagasan asumsi penulis, tujuan penulis, data informasi mendukung gagasan dan kesimpulan penulis. Yang membuatnya berbeda adalah dalam artikel opini tidak ada metodologi dan datanya tidak sangat spesifik seperti hasil penelitian. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam artikel opini merupakan bahasa popular dan bukan bahasa ilmiah.
Dalam menulis artikel opini membutuhkan tiga tahap yang secara sengaja harus dilalui oleh penulis. Ketiga tahap tersebut adalah tahap perencanaan, tahap penulisan dan tahap penyutingan. Ketiga tahap ini berjalan secara simultan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan perencanaan yang matang, akan menghantar pada draf tulisan yang efektif dan berakhir ada proses penyutingan akhir tulisan.
Tahap perencanaan merupakan sebuah aktivitas sadar dari si penulis untuk melihat aktivitas satu dengan lainnya secara jelas dan tidak membuat bias. Adapun aktivitas penulis dalam tahap ini adalah pertama, menetapkan fokus kajian tulisan. Pada aktivitas ini, penulis tidak mencari judul tulisan, namun mencari, memilih dan menetapkan kajian analisis yang akan ditulis. Penulis melihat peminatan, kemanfaaatan, gap masalah dan sumber kajian. Penulis akan membuat hipotesis dalam bentuk asumsi, dan mengkonstruksi data yang harus didapatkan terkait hipotesis tersebut. Adapun dalam membuat kajian, penulis harus memperhatikan tema yang aktual dan sudut pandang yang spesifik. Kedua, aktivitas merencanakan substansi artikel. Disini penulis memikirkan judul yang menarik dan memuat keseluruhan gagasan si penulis, merancang hubungan-hubungan logis antara gagasan dan data, menghindari penggunaan data yang berlebihan dan tidak ekonomis, serta melihat kelengkapan dan kedalaman data. Ketiga, aktivitas mengumpulkan informasi yakni data dan bahan tulisan. Informasi yang dikumpulkan bersifat relevan dengan tujuan penulisan, dan memiliki bobot yang meyakinkan. Informasi tersebut dapat berupa teori, pandangan ahli, data statistik, survey, dan lainnya. Keempat, aktivitas merencanakan format penulisan. Format dalam penulisan artikel opini adalah lead, bridge, body dan penutup. Lead atau teras tulisan merupakan kalimat pembuka tulisan yang memberikan gambaran secara umum. Lead membantu pembaca untuk tertarik dalam membaca tulisan opini. Untuk itu lead harus memiliki daya tarik dan memunculkan hasrat dari si pembaca untuk membaca opini tersebut. Selanjutnya, bridge adalah jembatan penghubung antara lead dengan isi tulisan. Sifat dari bridge  adalah penghantar menuju isi tulisan. Berikutnya, body yang meruakan isi tulisan. Biasanya isi tulisan dibagi menjadi dua atau tiga sub judul, sebagai upaya untuk menjangkau tujuan tulisan. Dan terakhir, penutup yang berupa kesimpulan dari keseluruan tulisan.
Tahap berikutnya adalah tahap penulisan draf artikel. Pada tahap ini, aktivitas yang dilakukan adalah menyusun seluruh paparan secara utuh dan sistematis. Seluruh aktivitas yang telah dilakukan didalam perencanaan, disusun secara rapi. Yang dilakukan pertama kali adalah mulailah menulis draf “kasar.” Draf tersebut berasal dari gagasan yang sudah ada di otak anda. Draf ini merupakan draf pertama (the first draft). Selanjutnya, mulailah memperbaiki draf “kasar” tersebut disesuaikan dengan outline yang telah dibuat dalam perencanaan (rewriting). Pastikan draf tulisan jelas dan mudah dimengerti. Pastikan juga hubungan antar paragraf saling relevan dan menjadi satu kesatuan yang utuh.
Tahap terakhir adalah tahap penyutingan. Pada tahap ini, aktivitas penulis adalah membaca kembali, meneliti dan memperbaiki draf yang sudah ditulis. Penulis memperbaiki kekeliruan dalam pemilihan kata (diksi), ejaan, tata bahasa, dan kesalahan dalam penempatan data. Penulis memperbaiki alur logika yang belum runtut dan gagasan yang bias serta kekeliruan dalam penulisan. Dalam menyuting dibutuhkan ketekunan, kesabaran dan kekritisan untuk mengukur gagasan, logika, diksi dan tata bahasa
Dengan melewati ketiga tahap tersebut, penulis berupaya untuk menampilkan gagasan secara utuh, lengkap dan logis. Tahapperencanaan membuat outline yang diharapkan penulis, tahappenulisan merupakan aktivitas bernalar lewat tulisan, dan tahappenyutingan merupakan perbaikan untuk mengarahkan kembali draf sesuai dengan gagasan dalam outline.
Dalam menulis atrikel opini bukanlah sesuatu yang mudah bagi seorang penulis. Kapasitas penguasaan kosakata, pengembangan struktur kalimat dan paragraf dan kemampuan mengatur informasi dukungan gagasan merupakan satu kesatuan kompetensi yang harus dikuasai penulis. Untuk itu, dalam menulis artikel opini diperlukan ketekunan dan kekritisan yang terus diasah secara sadar. Sehingga suatu saat dapat membuat draf artikel opini yang sempurna dan dapat mempengaruhi pembaca. (..)                                          

(Disusun dan disampaikan oleh Ricky Arnold Nggili, dalam kegiatan Pelatihan Jurnalistik, Jumat 11 Oktober 2019, pukul 19.00 WIB - Selesai, di Yayasan Bina Darma Salatiga)
Posting Komentar

Posting Komentar