xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Kebutuhan akan Learning Organization



Organisasi merupakan wadah untuk menerapkan manajemen secara fungsional dan struktural. Dalam sebuah organisasi akan tampak irisan berbagai tujuan individu dalam organisasi tersebut. Untuk itu secara fungsional, organisasi harus mampu mengarahkan tiap anggotanya untuk melakukan usaha dalam mewujudkan tujuan organisasi, sebagai bagian dari pencapaian tujuan individu. Tiap individu dalam organisasi merupakan aset berharga yang dapat diarahkan untuk menacavai target, tujuan dan visi organisasi 
    Mencapai tujuan organisasi bukanlah tugas mudah, dalam arsiran kepentingan individu. Banyak organisasi kemasyarakatan telah menunjukan bahwa, arah organisasi kadangkala dipolitisir oleh kepentingan dan maksud tertentu. Adanya “matahari kembar” dalam sebuah organisasi, pembentukan “kelompok penyelamat organisasi” dan bentuk aktivitas lainnya dalam organisasi yang disinyalir telah tunggangi, membuat manajemen dalam organisasi tidak lagi berjalan secara optimal. Namun dapat mengarahkan pada kehancuran dan kebangkrutan organisasi. 
    Learning organization yang berkembang pesat pada tahun 90-an hingga saat ini, menjadi sebuah strategi untuk menjamin kebelanjutan roda organisasi. Learning organization merupakan sebuah strategi untuk menjaga sustainability usaha-usaha organisasi dalam pencapaian visi. Berbagai aset dan sumber daya dioptimalkan, dengan memperhatikan berbagai bentuk perubahan lingkungan yang terjadi. Perusahaan-perusahaan profit di Amerika menerapkan strategi ini untuk melakukan ekspansi bisnis dan invenstasi. Selain itu berbagai organisasi non profit juga menerapkannya sebagai bagian untuk menjaga kelangsungan usaha organisasi dimasa depan. Untuk itu memahami dan mengimplementasikan learning organization dalam manajemen organisasi adalah penting dan secara substansi akan memberikan dampak berkelanjutan bagi organisasi. Terutama di era teknologi saat ini, yang memungkinkan kompetisi dan inovasi mungkin saja terjadi tiap saat. Dengan memami learning organization, manajemen organisasi akan lebih mampu beradaptasi terhadap komplesitas persaingan dan tantangan diluar organisasi. 

Mengapa butuh learning organization? 
Pada era disrupsi saat ini, perubahan terjadi sangat cepat. Kebutuhan dan keinginan individu tidak lagi dipengaruhi dari kesadaran diri. Namun lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai perubahan sosial yang terjadi diluar diri. Selain itu setiap individu selalu berusaha untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan terus berinovasi untuk menunjukan eksistensi dirinya. Sehingga keinginan untuk menggunakan cara-cara lama, ditinggalkan dan muncul cara-cara baru yang lebih inovatif. Kebebasan individu dalam berkreasi dan berinovasi merusak dan meruntuhkan cara berpikir lama yang sudah usang. Teknologi menjadi tools yang wajib dikuasai untuk berselancar di era disrupsi. 
    Ada beberapa hal penting yang dihadapi oleh organisasi dalam era disrupsi saat ini. 1) Terjadi reorganisasi dan restrukturisasi organisasi agar dapat beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Beberapa organisasi, bahkan merubah asas dan prinsip organisasi, agar mampu diterima oleh generasi masa kini. 2) Pendidikan formal tidak cukup memadai untuk menyiapkan calon pekerja ahli bagi peradaban ini. Banyak muncul altrenatif pendidikan non formal dan pembelajaran inovatif, untuk meningkatkan ketrampilan generasi saat ini, agar dapat survive dalam dunia kerja. 3) Teknologi mengarahkan pada perlunya upgrade pengetahuan secara berkelanjutan. Pengetahuan yang dimaksud disini bukan hanya pengertahuan terkait ketrampilan kerja. Namun juga pengetahuan lainnya yang mampu mengoptimalkan nilai dari tiap individu. 4) Terjadinya persaingan yang ketat. Setiap orang dan organisasi memungkinkan memiliki informasi yang sama. Untuk itu pengelolahan informasi tersebut untuk menjadi sebuah strategi, adalah sebuah kemampuan adaptasi yang dibutuhkan, dari pada sekedar memiliki informasi tersebut. 5) Terjad perkembangan teknologi yang semakin tinggi dan memungkinkan keterhubungan antar manusia semakin dekat. 
    Kondisi-kondisi diatas terjadi secara sinergis dalam lingkungan organisasi, dan memungkinkan organisasi akan tetap bertahan atau menuju pada kebangkrutan. Apabila kondisi-kondisi tersebut tidak dikendalikan dan dikelola, maka organsiasi akan mengalami kerugian besar dalam persaingan global, dan akan mengarah pada kehancuran. Dan sebaliknya, apabila kondisi-kondisi tersebut diantisipasi dan dikelola, maka organisasi akan terus belajar membaharui dirinya dalam mencapai target, tujuan dan visi organsiasi. 

Learning Organization 
Menurut Peter Senge, “Learning organization is organizations where people continually expand their capacity to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinking are nutured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning to see the whole together.” Dengan demikian, Senge menempatkan organisasi sebagai wadah bentuk adaptasi yang mampu untuk terus berkreasi dan berinovasi untuk menjaga kelangsungan dan keberlanjutannya. 
    Adapun tujuan dari learning organization adalah: 1) Pengembangan organisasi secara internal maupun eksternal, sehingga organisasi terus mendapatkan pengetahuan dan berkreasi dengan pengetahuan tersebut untuk mengoptimalkan kinerjanya. 2) Memenangkan persaingan dalam dunia yang kompetitif. 3) Membangun hubungan yang baik antar anggota dalam organisasi, serta stakeholders organisasi. 4) Memperbaiki kualitas pencapaian target organisasi. 5) Memunculkan krativitas dan inovasi dalam pengelolahan organisasi. 6) Meningkatkan kompetensi dalam mengelolah perubahan yang terjadi. 7) Mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, sehingga lingkungan tetap berpartisipasi dalam menjaga kelangsungan organisasi. 
    Untuk mewujudkan tujuan diatas, maka sebuah organisasi yang terus belajar memiliki beberapa karakter. Pertama, organisasi ini selalu berpikir secara sistem (system thinking). Karena organisasi merupakan ruang yang diisi oleh individu-individu manusia dan akan terus berhubungan dan saling terhubung dengan sub-sub sistem diluar dirinya. Untuk itu bersinergi dengan sub-sub sistem adalah cara berpikir dari organisasi yang belajar. Kedua, Personal mastery (penguasaan personal) yang menjadi kekuatan dari organisasi belaja. Setiap individu dalam organisasi merupakan aset berharga, yang harus terus dikembangkan potensinya dan mau berkomitmen untuk terus belajar. Ketiga, Mental model (peta mental) tiap individu dalam organisasi harus mengarah pada nilai-nilai organisasi. Untuk itu perlu persepsi pembelajar yang mau untuk terus berkreasi dan berinovasi untuk mengembangkan diri dan organisasi. Kesatuan persepi adalah hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Keempat, Visi bersama yang akan mempersatukan tiap anggota dan sinergitas kinerja tiap sub fungsi kerja. Untuk itu pemahaman akan visi harus jelas dan semua anggota organisasi harus memahami pemahaman visi yang sama. Kelima, tiap individu dalam organisai mampu untuk bekerja secara tim. 
    Bentuk model dalam sistem organisasi belajar adalah keterhubungan berbagai sub sistem dalam sistem tersebut. Adapun sub sistem dalam organisasi belajar adalah: 1) Belajar secara terus menerus. Ada tiga tingkatan belajar dalam organisasi belajar, yakni belajar secara individu, belajar secara kelompok dan belajar secara organisasi. 2) Manusia yang merupakan penggerak organisasi. manusia dalam organisasi ini adalah para stakeholder yakni anggota, divisi, pimpinan, mitra, dan masyarakat. Organisasi harus menjadi sinergitas antar stakeholders tersebut, agar mampu memainkan perannya sesuai dengan kebutuhan organisasi. 3) Organisasi yang merupakan sebuah lembaga dengan budaya, nilai, visi, sratetegi dan struktur. Organisasi harus mengembangkan bentuk lembaga yang reliable dengan kondisi lingkungan dan capaian organisasi. 4) Pengetahuan manajemen yang memadai untuk melakukan transformasi dan adaptasi organisasi. Shared organizational knowledge harus terus dilakukan, sehingga tidak terjadi degradasi dan kebuntuan akan pengetahuan dalam berorganisasi. 5) Pemanfaatan teknologi yang efektif dan efesien untuk meningkatkan kinerja organisasi. 
    Dengan memunculkan karakter dan membangun model learning organization, maka organisasi menghindarkan lembaga untuk bangkrut dan mengalami penyimpangan arah visi organisasi. Model ini lebih memantapkan kinerja organisasi dalam berbagai situasi yang terus berubah. 

Penutup 
Keberhasilan organisasi dalam menghadapi persaingan kompetitif ditentukan oleh seberapa jauh organisasi memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Dalam persaingan global berbagai indikasi muncul, yang membedakannya dengan persaingan domestik antara lain adanya ketidakpastian, perubahan yang sangat cepat dan sulit diramalkan, liberalisasi ekonomi, dan kerumitan global. Dengan learning organization, kompetisi akan lebih mudah untuk dihadapi dan dikendalikan. 

Daftar Pustaka 
  • Anthony, Dearden, Bedford. (1989). Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Kelima, Alih Bahasa Agus Maulana, Jakarta: Erlangga 
  • Ebert, Ronald J. & Ricky W. Griffin. (2006). Bisnis, Alih Bahasa Rd. Soemarnagara, Jakarta: Erlangga. 
  • Garvin, David. (2000). Learning in Action: A Guide to Putting the Learning Organization to Work. USA-Boston: Harvard Business School Press 
  • Kotler, Philip. (2005). Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran, edisi bahasa Indonesia, Jakarta: PT Binarupa Aksara 
  • Lubis, Hari. S.B. dan Martani Husaini. (1987). Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia 
  • Marquardt, Michael J. (1996). Building Learning organization (a systems approach to quantunm improvement and global success). USA: McGraw-Hill. 
  • Soren. (2008). Manajemen Berbasis Nilai Dalam Pembelajaran Organisasi Melalui Pendekatan Manajerial Keras dan Lunak. Jakarta: Rajawali Press. 
  • Prasetyo, Budi Saksono. (1984). Dalam Menuju SDM Berdaya. Jakarta: Bumi Aksara 
  • Senge, Peter M. (1994). The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization, USA - New York: Doubleday 
  • Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. 
  • Thérin François. (2002). Learning Organization and Innovation Performance in High-Tech Small Firms. International Council for Small Business 47th World Conference. 

(Disusun dan dibawakan Ricky Arnold Nggili dalam reorientasi BPC GMKI Cabang Salatiga periode 2019-2020, tanggal 18 Januari 2020, pukul 16.00-selesai di PPSDM Bina Darma Salatiga) 

Posting Komentar

Posting Komentar