xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Upaya Ekonomi Sirkular Menghadapi Perubahan Iklim


Perubahan iklim merupakan bentuk penyesuaian alam semesta sebagai akibat dari aktivitas bumi. Secara alamiah perubahan iklim yang terjadi jutaan tahun lalu terjadi karena adanya aktivitas vulkanik gunung berapi, gerakan lempengan tektonik, variasi gerakan orbit bumi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, dan perubahan konsentrasi gas rumah kaca sebagai akibat dari perubahan lingkungan alamiah dalam bumi. Perubahan iklim alamiah tersebut menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan membuat perubahan pada permukaan bumi. Beberapa daratan dipenuhi oleh peningkatan permukaan air laut, dan beberapa bagian daratan tenggelam, dan memunculkan beberapa pulau di permukaan bumi. Peristiwa alamiah ini membuat beberapa jenis flora dan fauna menjadi punah, dan sekaligus membentuk evolusi flora dan fauna baru.
Selanjutnya perubahan iklim terjadi akibat dari interaksi manusia dengan dunia tempat tinggalnya. Sejak adanya peradaban manusia ribuan tahun lalu hingga saat ini, perubahan iklim terjadi semakin cepat. Diawali dengan pola pertanian manusia berubah dari berpindah (nomaden) menjadi pertanian menetap. Terjadi pembukaan lahan untuk kebutuhan produk pangan manusia. Hal ini mulai menciptakan aktivitas pembakaran lahan, peningkatan konsumsi hingga berkembangnya pembukaan hutan menjadi area pertanian, membuat meningkatnya emisi karbondioksida dan metana. Pada saat itu iklim berubah, namun relatif stabil. Alam berinteraksi dengan aktivitas manusia dalam perubahan yang rendah. Manusia masih berupaya memenuhi kebutuhan dasarnya, dan alam menyediakan kebutuhan tersebut dalam kondisi stabil.
Pada perkembangan peradaban manusia berikutnya memunculkan teknologi untuk kebutuhan ekonomi. Aktivitas manusia kali ini lebih tinggi dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar manusia. Diawali pada abad ke-18 saat terjadi revolusi industri di Inggris, ditandai dengan penemuan mesin tenaga uap oleh James Watt di tahun 1776. Terjadi perubahan aktivitas manusia dari aktivitas agraris menjadi peningkatan inovasi industri untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Inovasi untuk menghasilkan mesin baru yang lebih baik untuk dijadikan sumber kekuatan baru dalam produksi berskala besar. Kapal, kendaraan, hingga pabrik produksi menggunakan mesin uap untuk meningkatkan performanya. Hal ini membuat pembukaan lahan tambang untuk batubara, biji besi dan mineral lainnya dilakukan untuk kebutuhan industri (Williams, 1961). Polusi lingkungan mulai meningkatkarena penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara dalam dunia industri. Pada perkembangan revolusi industri selanjutnya, pada abad ke-19 dengan penggunaan teknologi listrik sebagai sumber energi bukan hanya dalam industri, tapi hingga kebutuhan rumah tangga, membuat aktivitas manusia dalam menggunakan energi semakin meningkat. Batubara dan bahan mineral diproduksi secara masif untuk memenuhi kebutuhan listrik manusia. Dengan hadirnya listrik membuat perkembangan teknologi komunikasi dan otomasi mesin semakin berkembang, Hal
ini terus berkembang hingga hadirnya internet dan saat ini Artificial Intelligence (AI). Inovasi teknologi terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peradaban dan ekonomi manusia.
Cara pandang perubahan aktivitas peradaban manusia berdiri diatas paradigma Cartesian. Cara pandang ini dikembangkan oleh filsuf Rene Descartes pada tahun 1644 dalam karyanya berjudul Principles of Philosophy. Dalam asumsi kosmologinya, Descartes melihat alam sebagai mesin raksasa yang tidak bernyawa dan statis. Paradigma ini mengarahkan manusia untuk memahami alam lewat penguasaan dan dikontrol oleh manusia melalui hukum-hukum deterministik. Manusia dapat memecah-mecah serta menjelaskan cara kerja alam semesta, bahkan merekayasanya untuk memenuhi peradaban manusia. Perkembangan industri dan teknologi menjadi bukti penguasaan manusia terhadap alam semesta.
Hal ini berbeda dengan paradigma alam sebagai jaring-jaring kehidupan (the web of life) yang dikembangkan oleh Fritjof Capra. Dalam karyanya berjudul The Hidden Connection: A Science for Sustainable Living (2002), menjelaskan bahwa kehidupan memproduksi dirinya sendiri. Perubahan dalam aktivitas manusia memiliki hubungan dengan lingkungan tempatnya hidup. Kehidupan individual, sosial dan lingkungan alam saling berhubungan dalam sistem autopuitik (saling mempengaruhi dan memproduksi dirinya). Alam semesta tidak mati dan statis, namun terus berubah dan dinamis. Dengan demikian perkembangan industri dan teknologi berpengaruh juga terhadap perkembangan manusia dan alam semesta.
Sebagai makhluk yang terus membentuk peradabannya, manusia berusaha untuk menjaga alam sekaligus mengeksploitasinya. Menurut John Stuart Mill dalam karyanya Essays on Some Unsettled Questions of Political Economy (1844), manusia terus berperilaku untuk memenuhi hasratnya dalam hal kekayaan. Manusia memiliki hasrat untuk memiliki harta, ladang dan sumber penghidupan lainnya, sebagai pembentukan makna kelas yang berbeda dalam masyarakat. Hal inilah yang menjadi dasar munculnya kapitalisme. Hakikat manusia berubah dari mitra alam semesta, menjadi makhluk ekonomikus. Manusia mengelola lingkungan alam semesta untukmemenuhi hasrat kekayaan hartanya. Kapitalisme menjadi dasar bentuk hakekat manusia modern.
Risalah terkenal Adam Smith dengan judul The Wealth of Nations, diakui sebagai karya penggagas awal perkembangan kapitalisme (Nur Sayyid Santoso Kristeva, 2015), yang pada akhirnya membentuk perkembangan bisnis dunia semakin dinamis dan maju. Kapitalisme membuat para pemodal kuat mampu untuk melakukan ekspansi bisnis hingga membuat perubahan pada wajah alam dunia.
Dengan konsep kapitalisme dan didukung inovasi teknologi, hakikat manusia sebagai makhluk ekonomikus semakin terus berkembang. Revolusi Industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak besar terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Teknologi internet yang semakin canggih tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga menjadi basis sumber-sumber data untuk sarana transaksi perdagangan dan transportasi secara online ke seluruh dunia. Hal ini telah mendorong inovasi-inovasi teknologi yang memberikan dampak perubahan fundamental terhadap kehidupan masyarakat dan perubahan lingkungan alam. Pembukaan lahan-lahan pertanian dengan menggunakan teknologi otomasi mesin-mesin besar. Peningkatan luas wilayah pabrik untuk kebutuhan industri. Peningkatan wilayah pemukiman sebagai tempat tinggal manusia. Pemenuhan aksesibilitas manusia lewat jalan, jembatan, dan alat transportasi lainnya. Hingga penguasaan sumber daya energi terbarukan untuk mengganti sumber daya energi fosil. Hal tersebut merupakan akibat dari perkembangan teknologi dalam konsep manusia sebagai makhluk ekonomi.
Aktivitas manusia tersebut membuat perubahan pada cara kerja alam semesta. Peningkatan emisi karbondioksida dan metana sebagai akibat dari aktivitas ekonomi, membuat bumi mengalami perubahan siklus secara cepat. Berdasarkan data dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) suhu global rata-rata meningkat sekitar 1,1 derajat celcius sejak era pra industri. Hal ini terus mengalami peningkatan signifikan mengikuti meningkatnya aktivitas ekonomi manusia hingga diatas 1,2 derajat celcius saat ini. Peningkatan suhu global telah menyebabkan lebih sering terjadinya peristiwa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, banjir, dan badai.
Penyebab utama dari meningkatnya suhu bumi adalah aktivitas industri dan rumah tangga dalam menggunakan karbondioksida meningkat, sehingga memerangkap panas di atmosfer, dan menyebabkan efek rumah kaca. Sebagian besar listrik dan transportasi global masih bergantung pada bahan bakar fosil, yang menghasilkan emisi yang tinggi. Pertumbuhan industri dan urbanisasimempercepat konsumsi energi ini. Selain itu deforestasi sebagai bagian dari pembukaan pemukiman dan wilayah manusia membuat karbondioksida tidak terserap ke alam, lewat hutan dan tanaman. Pembukaan lahan peternakan dan pengelolaan limbah sampah yang tidak tepat membuat semakin tingginya metana yang diproduksi di dunia. Konsumsi manusia secara berlebihan membuat meningkatnya kebutuhan energi dan produksi, sehingga menghasilkan gas rumah kaca. Perkembangan teknologi dan urbanisasi juga semakin mempercepat dan memperburuk emisi di muka bumi.
Manusia harus merubah cara pandangnya dalam melihat dirinya sebagai makhluk ekonomikus. Ia tidak hanya melihat alam semesta sebagai obyek yang statis dan mati, sehingga bebas untuk dieksploitasi. Namun melihat alam semesta sebagai bagian dari dirinya yang harus dijamin kelangsungannya. Alam semesta merupakan jaring-jaring utama bagi manusia. Untuk itu model tata kelola kekayaan dan harta manusia tidak boleh mengorbankan alam dan lingkungan. Model tata kelola ini harus diubah ke dalam bentuk sirkular. Ekonomi sirkular menjadi celah untuk menghadapi perubahan iklim, sekaligus menjaga lingkungan agar terawat bagi seluruh makhluk hidup didalamnya.

Ekonomi Sirkular Sebuah Solusi.
Ekonomi sirkular adalah sebuah model dalam menangani tantangan perubahan iklim. Mishra, et.al (2021) mendefinisikan ekonomi sirkular sebagai sistem yang bertujuan untuk memaksimalkan siklus hidup produk mulai dari pemilihan sumber daya, produksi, konsumsi hingga pembuangan dengan mendorong praktik seperti desain tanpa limbah (zero-waste design), menggunakan kembali, memperbaiki dan berbagi sumber daya. Hal ini senada dengan definisi Shirvani Moghaddam et.al. (2020), ekonomi sirkular adalah alternatif dari ekonomi tradisional dimana kegiatan ekonomi dilakukan dengan menjaga sumber daya selama mungkin, mempertahankan nilainya saat digunakan, dan menggunakan kembali untuk menghasilkan produk baru di akhir masa pakainya. Melalui ekonomi sirkular, sumber daya diambil secara bertanggungjawab, lalu diproses menjadi produk yang digunakan terus menerus dengan mempertahankan nilainya, dan pada akhirnya produk tersebut dikembalikan untuk diproses menjadi produk baru.
Dengan demikian ekonomi sirkular dapat mengurangi penggunaan bahan baku secara berlebihan dan menghindari pemborosan di alam semesta. Ekonomi sirkular berusaha untuk membentuk manusia ekonomikus menjadi lebih bertanggungjawabdalam menggunakan bahan baku yang diperoleh dari alam semesta.

Gambar Model Ekonomi Sirkular.


Ekonomi Sirkular Membangun Kesadaran Dalam Merawat Lingkungan Untuk Menghadapi Perubahan Iklim.
Kesadaran dalam mengembangkan ekonomi dan bisnis dengan tidak hanya berorientasi pada profit sangat penting dalam menjamin kelangsungan dunia. Ekonomi sirkular tidak hanya menjamin kelangsungan profit, namun juga keharmonisan lingkungan. Hal ini akan memberikan rasa aman, nyaman dan kesejahteraan bagi generasi mendatang. Melalui bisnis model berbasis ekonomi sirkular akan dapat mengurangi penggunaan bahan utama, serta melindungi sumber daya material dan mengurangi keberadaan emisi karbon di atmosfer (Pratt & Lenaghan, 2015). Hal ini disebabkan karena dalam ekonomi sirkular sumber bahan baku produksi bukan dari cadangan ekologis, namun dari aktivitas ekonomi.
Menciptakan nilai untuk konsumen dengan cara menambahkan nilai pada produk dan material yang ada dan menciptakan input yang berharga untuk bisnis di luar konsumen. Nilai menjadi hal yang harus diperhatikan dalam bisnis yang memperhatikan lingkungan. Pemanfaatan ulang material dengan mendaur ulang atau memperpanjang umur produk, mendesain produk yang lebih efesien dan hemat energi, serta mengintegrasikan energi terbarukan, akan membuat emisi gas rumah kaca berkurang.
Selain itu prinsip utama dalam ekonomi sirkular adalah meminimalisir limbah. Hal ini akan membentuk konsep sharing economy dalam aktivitas seperti transportasi dan akses lainnya. Konsep sharing economy menuntut pelaku bisnis untuk menemukan solusi inovatif hari ini dan memikirkan masalah masa depan, mengacu pada pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Selain itu ekonomi sirkular memunculkan kesadaran pengolahan limbah organik menjadi bio-energi yang akan berdampak pada pengurangan pembuangan emisi metana. Dengan meminimalisir limbah lewat aktivitas yang bertanggungjawab, mampu menambah efisiensi sekaligus merawat kelangsungan lingkungan.
Ekonomi sirkular juga mendorong pola konsumsi yang bertanggungjawab dan sadar akan lingkungan. Aktivitas ekonomi lewat konsumsi yang berlebihan secara individual dan dalam rumah tangga, meningkatkan masalah efek rumah kaca semakin tinggi. Dengan kesadaran ekonomi sirkular pola konsumsi terhadap alat-alat transportasi dan komunikasi akan berubah ke dalam bentuk konsumsi berbasis layanan. Setiap individu tidak harus memiliki mobil, dan kendaraan pribadi. Mereka dapat menggunakan layanan transportasi sebagai bagian dari mengurangi kemacetan, sekaligus mengurangi penggunaan energi fosil lewat penggunaan sharing transportasi tersebut. Bentuk tanggung jawab lainnya adalah konsumen dapat memilih produk-produk yang dapat didaur ulang atau dipakai dalam jangka waktu panjang, sebagai cara untuk menghindari pembuangan sampah dan pencemaran lingkungan. Ekonomi sirkular membantu permintaan barang atau produk baru, sehingga mengurangi sampah bagi lingkungan. Hal ini akan menjaga siklus perubahan alam lebih stabil.
Ekonomi sirkular mendukung ketahanan terhadap perubahan iklim. Lewat ekonomi sirkular, ketergantungan pada sumber daya alam berkurang. Penggunaan ulang produk dan daur ulang akan berakibat pada penggunaan sumber-sumber bahan baku secara lebih efisien dan mengurangi tekanan terhadap ekosistem lingkungan yang rentan. Selain itu aktivitas efisiensi akan mendukung penguatan ekonomi lokal. Karena aktivitas daur ulang dan perbaikan produk akan sering dilakukan secara lokal, yang pada akhirnya menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan pada rantai pasok global yang rentan terhadap gangguan iklim. Ekonomi sirkular akan membentuk ekonomi ramah lingkungan dan
ramah sosial atau sering disebut ekonomi hijau.
Ekonomi sirkular menjamin jaring-jaring ekosistem menjadi subyek yang hidup untuk selalu berinteraksi dan menjamin kelangsungan bumi. Perubahan iklim akan dapat dikontrol dengan tanggungjawab dalam menggunakan produk, serta menambah nilai umur panjang pada produk yang digunakan.

Penerapan Ekonomi Sirkular Dalam Lingkungan Bisnis.
Banyak upaya yang telah dilakukan pelaku ekonomi dalam menjagakelangsungan lingkungan dan mengurangi percepatan perubahan iklim. Perusahaan-perusahaan global, serta entitas individu berusaha meningkatkan kesadarannya dalam merawat bumi lewat model ekonomi sirkular.
Perusahaan sepatu Adidas yang berdiri di Jerman sejak tahun 1949, pada tahun 2015 bekerjasama dengan Parley mulai mencoba memproduksi sepatu dengan merk Parley menggunakan sampah plastik (berbahan polyester) yang dikumpulkan dari pesisir pantai. Hingga tahun 2019 Adidas memproduksi 11 juta pasang sepatu dari bahan baku sampah plastik. Adidas akan terus membuat sepatu dan pakaian bermerek Parley dari sampah plastik. Dengan meningkatkan pemakaian serat polyester daur ulang berpotensi besar mempengaruhi kebutuhan energi dan sumber daya global. Dengan menggunakan bahan daur ulang, maka mengurangi limbah plastik di lingkungan, mengurangi kebutuhan plastik baru, dan mengurangi misi karbon dari produksi bahan mentah.
Bentuk penerapan ekonomi sirkular lainnya lewat meningkatkan kesadaran untuk meminimalisir penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil dengan sharing economy. Setiap orang tidak perlu memiliki kendaraan pribadi untuk memenuhi kebutuhan pada alat transportasi. Mereka dapat dengan menggunakan layanan transportasi seperti Grab dan Gojek yang merupakan layanan alat transportasi dengan prinsip sharing economy. Perusahaan dengan konsep sharing economy seperti ini akan mengurangi kebutuhan kendaraan pribadi. Sehingga menekan emisi karbon dan gas efek rumah kaca.
Perusahaan lainnya seperti IKEA sebuah perusahaan ritel asal Swedia, mengurangi deforestasi dengan memproduksi furniture dari bahan daur ulang, serta memfasilitasi program beli kembali (buy-back program). Program ini dibuat oleh IKEA dengan tujuan untuk mendukung bisnis yang sepenuhnya sirkular dan beriklim positif di tahun 2030. IKEA berupaya agar bahan baku pembuatan furniture untuk terus dapat didaur ulang dan menambah nilai penggunaanya. 
Penerapan ekonomi sirkular oleh pelaku bisnis tidak hanya mengurangi tekanan terhadap lingkungan, tetapi juga menciptakan model bisnis baru yang lebih berkelanjutan. Inisiatif seperti daur ulang, perpanjangan umur produk, dan pengelolaan limbah adalah langkah konkret untuk menjaga keberlangsungan lingkungan dan menghadapi tantangan perubahan iklim. Ekonomi sirkular memandang manusia dan alam semesta merupakan jaring-jaring kehidupan yang dinamis dan saling bergantung.


Daftar Pustaka
  • Capra, Fritjof, 2002. The Hidden Connection: A Science for Sustainable Living. London: Harper Collins Publisher.
  • Descates, Rene. 1960. Discourse on Methods. Terj, John Veitch. London
  • Geissinger, A., Laurell, C., Öberg, C., & Sandström, C. 2019. How sustainable is the sharing economy? On the sustainability connotations of sharing economy platforms. Journal of Cleaner Production, 206.
  • IPCC. 2022. Climate Change 2022: Mitigation of Climate Change. Contribution of Working Group III to the sixth Assessment Report of The Intergovernmental Panel on Climate Change. USA
  • Mill, John Stuart. 1844. Essays on Some Unsettled Questions of Political Economy. London: Harrison & Co., 1844.
  • Mishra, R., Singh, R. K., & Govindan, K. 2022. Barriers to the adoption of circular economy practices in Micro, Small and Medium Enterprises: Instrument development, measurement and validation. Journal of Cleaner Production.
  • Nur Sayyid Santoso Kristeva, 2015 Sejarah Ideologi Dunia. Yogyakarta: Lentera Kreasindo
  • Pratt, P. K., & Lenaghan, M. 2015. The Carbon Impacts of the Circular Economy
  • Shirvani Moghaddam, K.,et al.2020. Death by waste: Fashion and textile circular economy case. Science of The Total Environment,[online] Volume 718.
  • Williams, R. 1961. Culture and Society 1780-1950. United States: Columbia University Press.

(Artikel ini ditulis oleh Ricky Arnold Nggili dan telah diterbitkan Mei 2025 dalam salah satu bab di halaman 27-38, dalam buku "Cerita Iklim dari Kaum Muda: Panggilan aksi untuk keadilan iklim)" oleh Penerbit PT Langgam Pustaka, Tasikmalaya, Jawa Barat. ISBN: 62-959-7298-200)



Posting Komentar

Posting Komentar